Rabu, 21 Juni 2017

AMERIKA UTARA YANG BERAGAM BUDAYA

40 HARI MENGASIHI BANGSA DALAM DOA -- SENIN, 29 MEI 2017

AMERIKA UTARA YANG BERAGAM BUDAYA

“Saya cinta Amerika,” demikian teriak Fatimah saat petugas penyeberangan mengawal anak-anaknya dengan selamat ke seberang jalan ketika anak-anak itu pulang dari sekolah, sebuah sekolah yang murid-muridnya berbicara dalam lebih dari 4O bahasa.

Fatimah bekerja pada malam hari, membersihkan kamar kecil di Bandara Internasional O'Hare, Chicago. Suaminya, Muhammad, bekerja pada siang hari di sebuah pabrik besar pengemas daging ayam, di mana suhu seperti dalam kulkas membuatnya menggigil kedinginan sampai ke tulang. Mereka berdua tidak menerima tunjangan pemerintah. Mereka menempati sebuah flat di basement yang pengap. Saya pernah bertanya kepada Fatimah, bagaimana mungkin dia bisa menyerukan kecintaannya kepada Amerika sementara ia sendiri bekerja dan hidup dalam keadaan seperti ini.

Kemudian, ia menceritakan kisahnya kepada saya: ia sempat menyaksikan ayah dan saudara laki-lakinya terbunuh, dirinya sendiri tertembak, dan kemudian masuk di camp pengungsian selama bertahun-tahun bersama keluarganya, menunggu untuk bisa masuk ke Amerika Serikat. la mengatakan bahwa baginya Amerika adalah sebuah taman Firdaus, sebuah negeri yang memberi kesempatan, tempat ia dapat membesarkan anak-anaknya dengan aman.

Bangsa-bangsa masih terus berdatangan ke Amerika Utara. Di kota Metropolitan New York, terdapat jutaan penghuni keturunan asing. Setengah dari penduduk Toronto tidak dilahirkan di Kanada. Dan, ini bukanlah kota-kota yang terbesar saja. Pusat-pusat imigran yang berkembang pesat di Amerika Utara terjadi di kota-kota menengah, seperti Nashville, yang penduduk imigrannya mengalami pertumbuhan paling cepat pada tahun 2012 dan merupakan tempat kediaman masyarakat Kurdi terbesar di Amerika.

Di lingkungan kediaman Fatimah di Chicago, terdapat orang-orang Muslim yang berasal dari Asia Selatan dan Asia Tengah, negara-negara Afrika, Malaysia. Indonesia, dan negara-negara Timur Tengah. Toko-toko, aroma rempah-rempah, dan restoran-restoran yang tersebar di jalanan membuat Anda merasa seperti sedang berada di Kolkata atau Karachi. Saudara bisa menyaksikan kaum laki-laki berduyun-duyun menuju ke masjid-masjid pada waktu-waktu sembahyang. Sebagian besar orang Muslim murah hati dan ramah ketika warga Amerika menyapa dan menyambut mereka, dan persahabatan yang bermakna berkembang di antara mereka yang tetap menjalin kebersamaan dengan orang-orang Muslim tersebut.

Mari kita berdoa:

- Supaya terjalin saling pengertian, saling menghargai, toreransi, dan kesatuan, di tengah keanekaragaman budaya mereka.

- Supaya ada integrasi/penyatuan yang damai di kalangan masyarakat yang datang dari berbagai wilayah di Amerika Utara.

- Untuk orang-orang Kristen Amerika agar menyadari peluang yang ada untuk membagikan kasih Kristus dengan tetangga Muslim mereka, baik dalam perkataan dan perlakuan hidup mereka.

- Untuk kekuatan, dana, dan kesatuan gereja-gereja, organisasi-organisasi nonpemerintah, dan para duta Injil yang telah bekerja bersama orang Muslim di kota-kota Amerika.

Tidak ada komentar: