Kamis, 11 Juli 2013

RAHASIA DOA YANG TIDAK TERJAWAB 1

 
ARTIKEL DOA: RAHASIA DOA YANG TAK TERJAWAB 1

Bagi Allah, mendengar doa sama artinya dengan menjawabnya (1 Yohanes 5:14-15). Ini merupakan silogisme yang diilhamkan secara ilahi. Silogisme ini dinyatakan dengan: Allah berjanji mendengar dan menjawab semua doa yang seturut dengan kehendak-Nya. Berkaitan dengan hal ini, pertanyaan yang muncul adalah: "Mengapa ada doa-doa yang sepertinya tidak dijawab?" Jika Iblis secara resmi telah dikalahkan, diturunkan dari takhta, kuasa, senjatanya dilucuti, dan dihancurkan; jika gereja benar-benar telah dimuliakan dan dinobatkan bersama Kristus dan semua musuh berada di bawah kakinya; jika gereja telah diberi kewenangan atas seluruh kuasa musuh dan menjadi wakil Allah dalam melaksanakan kehendak-Nya di dunia, mengapa gereja tidak memperlihatkan kemurnian kemenangannya secara efisien di dalam Kristus?

Hampir semua penulis Alkitab menganggap bahwa semua doa yang seturut dengan kehendak Allah pasti dijawab. Baik Yesus maupun Yohanes tidak menyebut adanya doa yang tidak terjawab (Matius 7:7-8; Yohanes 14:13-14; 1 Yohanes 5:14-15). Penyebab doa yang tidak dijawab selalu berada di pihak manusia (Yakobus 4:3; 2 Korintus 12:7). Paulus menjelaskan bahwa dia telah memohon tiga kali kepada Tuhan untuk mencabut 'duri' itu (2 Korintus 12:8). Tuhan menolak untuk sebuah alasan. Ini satu-satunya kasus dalam Perjanjian Baru. Kasus ini menggambarkan sebuah prinsip yang berlaku secara universal.

Meninggikan diri merupakan salah satu dosa yang berbahaya dan mematikan. Sikap ini menjadi penyebab jatuhnya Lucifer. Sebelum kejatuhannya, Lucifer adalah yang tertinggi dari semua ciptaan sebelum Adam. Ia adalah penjaga takhta Allah (Yesaya 14), penuh hikmat, dan elok parasnya (Yehezkiel 28). Berada di dekat Allah, hati Lucifer dipenuhi dengan kesombongan. Ketampanan dan hikmatnya berkurang karena keangkuhan. Iri hati, ketamakan, dan ambisi menguasainya sehingga kesombongan dan pemujaan diri "membakarnya menjadi abu" (Yehezkiel 28:18).

Iblis berusaha menciptakan "sindrom Lucifer" dalam diri setiap orang percaya karena hal itu akan mendatangkan hukuman Iblis kepada orang itu. Kesombongan selalu berasal dari setan, dan merupakan salah satu senjatanya yang paling menghancurkan. Paulus menyadari bahaya ini (1 Timotius 3:6; 2 Korintus 12:7). Untuk melawan bahaya "peninggian diri" yang berakibat "terkena penghukuman Iblis", Paulus diberi 'duri' dan permintaannya untuk menyingkirkan duri itu ditolak sebagai tindakan pengamanan.

Hanya sedikit orang yang dapat menerima kehormatan, baik dari dunia maupun dari Allah tanpa menjadi sombong. Betapa seringnya seseorang menghubung-hubungkan jawaban doa sedemikian rupa sehingga menghasilkan kehormatan untuk diri sendiri -- dan dengan mudah mengakhirinya dengan berkata, "Segala kemuliaan bagi Allah." C.S. Lovett berkata, "Iblis terus mengintai 'di luar tubuh kita' dan memanfaatkan provokasi sekecil apa pun untuk membusungkan jiwa yang telah jatuh." Tanpa kasih karunia, seseorang akan mudah jatuh dalam perangkap Iblis karena kebanyakan manusia sangat rentan terhadap godaan kesombongan.

Jika Allah terpaksa menahan jawaban doa Paulus demi mencegahnya dari sikap "meninggikan diri", tidakkah ini juga menjadi penjelasan bagi doa-doa lain tentang kesembuhan yang tidak dijawab? Perjalanan waktu dipenuhi rongsokan kehidupan dari banyak orang yang pernah dipakai Allah secara luar biasa, namun mengalami kehancuran ketika menabrak bebatuan kesombongan rohani. Jika Allah dapat memercayai para pendoa yang tetap merendahkan diri, kita tidak akan bisa membayangkan betapa banyak jawaban doa yang akan Dia berikan kepada kita.

Allah Terhalang oleh Kegagalan Berdoa

Doa adalah pernyataan ketidakberdayaan. Jika Allah mau, Dia dapat melakukan apa yang Dia mau tanpa memperhitungkan doa. Seluruh kuasa berasal dari Allah dan bagi Allah saja. Dia menetapkan, doa bukan sekadar sarana untuk melaksanakan segala sesuatu demi Dia, melainkan sebagai bagian pelatihan gereja untuk tugas kerajaan setelah perjamuan kawin Anak Domba. Jika gereja belum memahami hal ini dan berperan serta dalam rancangan doa Allah, kuasa yang dibutuhkan untuk menaklukkan dan mengikat Iblis di dunia tidak akan dialirkan. Allah mempunyai kuasa untuk menaklukkan Iblis tanpa peran serta gereja-Nya melalui doa dan iman. Namun, jika Dia melakukannya tanpa melibatkan gereja, gereja akan diabaikan dalam praktik pelaksanaan kehendak Allah dan kehilangan kekuatan yang akan didapatkannya dalam penaklukkan. Inilah alasan utama Allah menciptakan rancangan doa, dan secara tegas berkomitmen untuk menjawab doa. Dengan demikian, tidak ada kuasa tanpa doa yang diimani dengan tekun.

Organisator yang Hebat -- Pendoa yang Kurang Efektif

Gereja gagal menyadari perannya dalam berdoa syafaat, gereja mengikat tangan Allah dan kehilangan jawaban doa yang berhak ia dapatkan. Hal ini membawa kita ke alasan sedikitnya jawaban doa, yaitu kegagalan berdoa. Kegagalan berdoa di kalangan gereja tidak membutuhkan bukti. Setiap orang berdiri sebagai terdakwa secara sadar. Kita memang organisator yang hebat, namun pendoa yang kurang efektif. Pengabaian doa merupakan alasan sedikitnya doa yang terjawab.

Berlari di Tempat

Rata-rata gereja lokal menyediakan program cerdas edukatif lewat sekolah minggu dan program pendukung, seperti Sekolah Alkitab Liburan. Gereja mungkin juga menyediakan program kaum muda yang terarah, termasuk kegiatan sosial dan Kemah Alkitab, membiayai kelas Pelatihan Guru dan Penginjilan Pribadi. Banyak gereja meluncurkan kampanye penginjilan besar-besaran, yang disertai pesta penginjilan meriah dengan tingginya potensi hiburan agamawi, mempunyai program pelayanan dan keuangan yang efisien, terstruktur, dan sangat berhasil. Banyak di antaranya yang berjalan lancar dalam intensitas tinggi.

Tanpa merendahkan masing-masing program, semua mungkin baik. Akan tetapi, jika semua hanya dimaksudkan untuk menggantikan sebuah program doa yang efektif, mereka sia-sia karena fokus kita adalah menghancurkan kerajaan Iblis. Gereja tanpa program doa yang bermutu, terarah, dan sistematis bagaikan berlari di tempat. Kita perlu khawatir jika inilah gambaran tepat bagi program-program gereja dewasa ini. Jika kita bisa melihat seperti Allah melihat, kita akan menyaksikan banyak sekali gereja di seluruh dunia yang berlarian di tempat. Banyak program tampak menyenangkan, melibatkan banyak orang, menghabiskan banyak waktu, dan menghamburkan anggaran yang besar. Hasilnya mungkin sebuah ilusi keberhasilan yang membuai diri. Akan tetapi, sebagus apa pun program gereja, tanpa dukungan doa yang memadai, tidak lebih dari berlari di tempat saja -- tidak berdampak apa pun bagi kehancuran kerajaan Iblis.

Doa adalah Medan Perang yang Sesungguhnya

Doa adalah medan perang yang sesungguhnya. John Wesley berkata, "Allah tidak berbuat apa pun kecuali menjawab doa." S.D. Gordon menyatakan, "Doa menghantamkan pukulan kemenangan ... pelayanan menyempurnakan hasilnya." Allah membentuk dunia lewat doa. Doa orang-orang kudus merupakan persediaan bekal di surga untuk menyatakan karya Allah di dunia. Fakta ini diilustrasikan dalam peperangan antara Israel dan Amalek. Allah membawa Israel ke luar dari Mesir dan membimbing mereka menuju tanah perjanjian sambil mendewasakan mereka sebagai bangsa pilihan. Iblis, musuh besar Allah dalam karya penyelamatan-Nya, berusaha menghalangi perjalanan Israel ke tanah itu. Iblis membangkitkan amarah Amalek, sebuah bangsa keturunan Ismael, dan memperalatnya (Keluaran 17:9-11). Saat Musa mulai letih dan harus mengistirahatkan tangannya, Harun dan Hur berdiri di kedua sisinya dan menopangnya sampai Amalek benar-benar dikalahkan dan rencana Allah bagi umat pilihan berlanjut.

Bagi orang awam, peristiwa yang terjadi merupakan pertarungan antarpasukan di medan laga. Namun, pemikiran yang bersifat rohani tahu bahwa pertempuran yang sesungguhnya, dan kemenangan yang diraih, terjadi di atas gunung ketika Musa, Harun, dan Hur bersama-sama mengangkat tongkat Allah, lambang kekuatan-Nya. Bangsa Amalek hanyalah alat yang dikendalikan dan dibangkitkan oleh kuasa setan. Saat ketiga pendoa syafaat bersama-sama berdoa dengan penuh iman di atas gunung, kuasa setan yang menggerakkan Bangsa Amalek diikat dan mereka lumpuh. Namun, ketika keletihan memaksa Musa beristirahat, roh-roh jahat dilepaskan dan kembali memberi kuasa bagi Amalek. Oleh karena itu, Harun dan Hur bergabung dengan Musa dan menguatkannya, membantu menopang tangannya sembari berdoa sampai matahari terbenam. Meskipun tercatat bahwa Yosua menaklukkan Amalek, perang sesungguhnya terjadi di atas gunung. Di sanalah roh-roh jahat diikat sehingga Yosua dan Bangsa Israel berjaya. "Hantaman kemenangan" timbul dari doa yang dinaikkan, sedangkan Yosua dan Bangsa Israel hanya "menyempurnakan hasilnya". Doa menjadi kehormatan tertinggi bagi umat tebusan karena menempatkan pendoa syafaat di garis depan pertempuran.

S.D. Gordon berkata, "Doa meletakkan seseorang bersentuhan dengan seluruh dunia. Seseorang meluangkan waktu hari ini, menutup pintu, dan berdoa selama setengah jam bagi negara tertentu (contohnya India) ... seakan-akan ia berada di sana." Dengan kata lain, doa tidak dibatasi ruang dan lingkup geografis. Ketika berbicara tentang ladang misi, Alexander Maclaren berkata, "Banyaknya doa yang dinaikkan dari rumah-rumah melepaskan kuasa di ladang misi. Sebaliknya, lemahnya dukungan doa juga akan melemahkan pelayanan di ladang misi."

Doa -- Bukan Pribadi Manusia

Pernahkah kita membayangkan jiwa-jiwa dilepaskan dari ikatan Iblis oleh karena kecakapan, kewibawaan, kuasa, kefasihan lidah, atau strategi manusia? Semuanya bisa dipakai Allah, namun tanpa Roh Allah, semuanya sama sekali tak berdaya untuk membebaskan satu jiwa dari tawanan dosa (Yohanes 6:63a). (t\Dicky)

Diterjemahkan dan disunting dari:
Judul buku: Destined for the Throne
Judul asli artikel: The Mystery of Unanswered Prayer
Penulis: Paul E. Billheimer
Penerbit: Christian Literature Crusade, Pennsylvania 1975
Halaman: 95 -- 113

Tidak ada komentar: