Hati seorang ibu, kemauan anak, dan petunjuk ilahi Allah
dapat terjalin ketika ibu berkomitmen berdoa bagi anak-anak mereka.
Jauh sebelum dua anak laki-laki saya masuk SMA, saya berdoa supaya tak
satu pun dari mereka memiliki pacar
tetap sampai mereka bisa berperilaku seperti pria. Saya ingin kehendak
Allah di bidang ini dalam kehidupan mereka. Namun, ketika anak tertua
saya, Brian, masuk SMA, doa saya berubah menjadi mencerminkan
kerinduannya untuk sebuah hubungan perkencanan.
Brian
tidak memasuki hubungan pertamanya yang tetap sampai ia kelas 3 SMA.
Mungkin, saya akan lebih tenang selama tahun-tahun SMA-nya jika saya
memikirkan gambaran yang lebih luas tentang keberadaan anak saya, yang
dibentuk oleh kebijaksanaan
Allah yang tak terbatas dan waktu yang tepat, bukannya cemas dengan
perkencanan anak saya. Sebagai orangtua, keinginan kita adalah sering
kali agar anak-anak kita berhasil pada saat itu. Keinginan itu tidaklah
selalu buruk, tetapi dapat membuat doa -- bahkan, doa yang mulia
sekalipun -- berkembang menjadi permintaan yang salah.
Ini bukan berarti bahwa kita tidak mengasihi Allah,
melainkan bahwa kita terus-menerus dibombardir oleh cita-cita duniawi,
dan tanpa disadari kita mengalah pada mereka. Namun, untuk berdoa dengan
perspektif yang kekal,
bukan sementara, kita perlu mengikuti apa yang Tuhan lakukan daripada
mengharuskan Dia yang mengikuti keinginan kita yang picik.
Keinginan dan Harapan vs Kehendak-Nya
Ketika saya mengobrol dengan ibu-ibu lain yang berdoa, ternyata saya tidak sendirian dalam belajar memercayai kehendak Tuhan,
sementara saya berdoa untuk intervensi-Nya dalam kehidupan anak-anak
saya. Teman saya, Robin, berdoa untuk anaknya, Dustin, bintang sepak
bola SMA, yang memiliki harapan menjadi pemain gelandang perguruan
tinggi. Robin mengetahui doanya bukanlah kata-kata kosong yang dinaikkan
kepada dewa yang tidak dikenal, tetapi kepada Bapa yang penuh kasih.
Namun, harapan Dustin untuk menjadi pemain gelandang tim utama perguruan
tinggi berubah menjadi kenyataan tim cadangan.
Ketika Tuhan menjawab "tidak" atau jawaban yang kita tidak harapkan, kita melihat bahwa jalan-Nya bukanlah selalu jalan kita. Karena Dia memberi kita kehendak bebas, kita dapat merespons dengan tunduk atau menolak kedaulatan-Nya
-- ikut atau berpaling dari-Nya. Dan, jika kita mengabaikan
petunjuk-Nya, penolakan kita atas kedaulatan-Nya mencuri kemampuan kita
untuk tinggal dalam damai-Nya dan menghalangi kita secara rohani.
Doa
Robin didasarkan pada kapan Dustin akan bermain sehingga persepsinya
tentang doa tertantang karena Tuhan tidak menjawab dengan cara seperti
yang ia harapkan. Namun, doa bukanlah tentang mendapatkan apa yang kita
inginkan atau memengaruhi Allah agar bertindak sesuai dengan rencana
kita yang terbatas. Doa adalah tentang memercayai bahwa Tuhan mengetahui
yang terbaik, dan karya-Nya dalam hidup kita mencerminkan
perspektif-Nya yang mengetahui semuanya. Tuhan ingin berjumpa dengan
anak-anak kita dan menyentuh hati mereka di mana pun mereka menemukan
diri mereka sendiri dan dalam keputusan apa pun yang mereka buat, entah
baik atau buruk.
Seiring
waktu, Robin menyadari bahwa masalah itu sesungguhnya bukanlah tentang
peringkat Dustin di lapangan atau tim. Itu adalah masalah hati -- ego
anaknya yang terluka. "Jadi, saya mengubah fokus saya," katanya, "dan
berdoa kiranya Tuhan campur tangan dalam hidup Dustin. Sekarang, ia
mengerti bahwa kemenangan yang sesungguhnya bukan dengan berada di
lapangan sepak bola, tetapi mengasihi Tuhan."
Sebuah Perspektif Doa yang Kekal
Christie Love, Direktur Eksekutif LeadHer, sebuah pelayanan yang difokuskan untuk membantu kaum wanita membuat dampak yang saleh di dunia, berkata, "Ketika
kita memiliki kehormatan untuk membawa orang lain dalam doa, kita harus
mendekati Tuhan dengan tangan yang telah dikosongkan dari agenda,
harapan, dan tujuan kita sendiri." Berdoa untuk berkat-berkat
duniawi dengan mengorbankan petunjuk ilahi menghambat kemampuan kita
untuk berjalan dalam damai Tuhan ketika Dia mengungkapkan rencana-Nya bagi kita -- dan untuk anak-anak kita.
Christie lalu menjelaskan, "Doa
yang efektif adalah doa yang dikosongkan dari motif egois, dan mencari
kehendak Tuhan dalam hidup kita dan kehidupan orang lain". Bagian
yang sulit dari doa adalah menyatukan perspektif duniawi kita dengan
perspektif Allah yang berpikiran kekal. Kehendak-Nya yang sempurna
mungkin tidak selalu mencerminkan apa yang kita bayangkan ketika kita
berdoa, tetapi jawaban-Nya membantu kita memahami Dia dengan lebih baik,
sering kali melalui menantang perspektif kita yang terbatas tentang
siapa Dia. Dan, jawaban-Nya menunjukkan kepada kita bagaimana
mengarahkan langkah kita, ketika hal itu diperlukan.
Sebagai
orangtua yang berdoa, kita berada di sebuah perjalanan yang membantu
kita belajar lebih banyak tentang Allah dan bagaimana berdoa. Seperti
segala sesuatu yang lain, kita bisa mulai lebih dahulu berdoa dari
perspektif kekal Alkitab.
- Di Taman Getsemani, Yesus berdoa agar terjadi yang sebaliknya, tetapi menambahkan, "Tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki" (Matius 26:39). Ia berdoa dari hati, tetapi meminta agar kehendak Bapa melebihi keinginan-Nya.
- Ketika Yesus meramalkan kematian-Nya, Petrus bersikeras bahwa hal itu tidak akan terjadi. Yesus segera menegur Petrus dan memberitahukan bahwa dia membutuhkan perspektif yang kekal: "Sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia" (Matius 16:23). Tuhan ingin mengganti motif duniawi kita dengan perspektif yang kekal.
- Paulus menyuruh kita untuk berdoa dalam segala keadaan. "Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus" (Filipi 4:7). Paulus mendorong kita untuk berdoa dengan penuh harap, tetapi tunduk pada apa yang terbaik dari Dia bagi orang lain dan kita. Karena itu, kepatuhan yang sesungguhnya dibuktikan dengan damai-Nya dalam hidup kita.
Diterjemahkan dari: | ||
Nama situs | : | Focus on the Family |
Alamat URL | : | http://www.focusonthefamily.com/parenting/spiritual-growth-for-kids/hard-prayers-to-pray-for-your-kids |
Judul asli artikel | : | Hard Prayers to Pray for Your Kids |
Penulis artikel | : | Shona Neff |
Penerjemah | : | Jing-Jing |
Tanggal akses | : | 7 Mei 2015 |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar