Kamis, 30 Juni 2016

SURIAH DALAM PERJALANAN YANG TAK MENENTU

SURIAH DALAM PERJALANAN YANG TAK MENENTU

Hingga sampai masa-masa terakhir, Suriah adalah negara yang makmur dan stabil. Anak-anak mengenyam pendidikan, orang muda melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Di bawah pemerintahan Assad, kelompok-kelompok minoritas etnis dan agama hidup damai dengan mayoritas masyarakat yang Muslim Suni.

Dengan munculnya Arab Spring, situasi berubah secara dramatis. Tahun 2011, meletus perang sipil, yang berlarut-larut menjadi semakin buruk dari tahun ke tahun. Lebih dari separuh penduduk telah meninggalkan kampung halaman mereka dan mulai menempuh perjalanan yang tidak pasti. Lebih dari 4 juta orang kini tinggal di negara-negara tetangga, yang bersusah payah untuk menampung mereka. Tak seorang pun tahu apa yang akan terjadi pada masa mendatang.

Tetapi kemudian, perjalanan yang tak menentu ini juga memungkinkan umat Muslim untuk melepaskan diri dari lingkungan sosial yang diawasi dengan ketat. Hal itu juga memungkinkan mereka untuk menyatakan ketertarikan mereka terhadap iman Kristen secara lebih terbuka. Dan lagi, hal-hal mengerikan yang dilakukan oleh ekstremis gerakan Negara Islam (IS) telah menantang umat Muslim untuk mempertanyakan nilai-nilai yang diajarkan agama mereka. Banyak orang Muslim kini terbuka terhadap undangan atau ajakan untuk ke gereja, yang menyatakan kepada mereka kasih yang nyata melalui pembagian paket bahan makanan, selimut, bahan-bahan penghangat, dan bimbingan konseling. Di beberapa wilayah, gereja-gereja penuh dengan orang-orang yang baru percaya, sementara di tempat-tempat lainnya ada keterbukaan dan banyak peluang untuk berbicara tentang iman.

Sebuah keluarga di Beirut menceritakan bagaimana mereka melarikan diri dari Suriah menuju Lebanon dan meninggalkan segala sesuatunya. Mereka tinggal di sebuah apartemen kecil. Mereka mengalami kesulitan untuk memberi makan seluruh anggota keluarga, dan anak-anak tidak bisa ke sekolah setiap hari. Akan tetapi, di tengah-tengah situasi yang seperti ini, mereka berkata, "Kami telah kehilangan rumah kami, tetapi di dalam Yesus kami menemukan sesuatu yang jauh lebih berharga."

Mari kita berdoa:

1. Untuk berakhirnya konflik di Suriah. Mungkin, secara manusia ini terasa mustahil, tetapi Tuhan sanggup.

2. Bagi jutaan pengungsi dan terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan lahiriah dan batiniah mereka.

3. Agar pihak gereja menanggapi dengan sepenuh hati kasih dalam menolong dan mendukung para pengungsi, baik dengan kebutuhan sesaat maupun yang berkesinambungan, sementara para pengungsi itu membaur di tanah airnya yang baru.

"Banyak Muslim yang terbuka sekarang untuk undangan ke gereja-gereja."

Tidak ada komentar: