Rabu, 02 Juli 2014

SUKU OSING

SUKU OSING

Pendahuluan/Sejarah

Suku Jawa Osing berdiam di kabupaten Banyuwangi, Provinsi Jawa Timur, dan merupakan penduduk asli dari wilayah paling timur pulau Jawa ini. Suku Jawa Osing adalah subsuku dari suku Jawa, tetapi mereka memiliki keragaman budaya yang berbeda dari kebanyakan orang Jawa lainnya. Banyuwangi adalah sebuah kota transit bagi para wisatawan yang hendak ke Bali. Dulunya, wilayah Osing adalah ibu kota dari kerajaan Hindu Blambangan yang adalah kerajaan terakhir di Jawa. Sejarah Osing dimulai pada masa berakhirnya kekuasaan kerajaan Majapahit pada tahun 1478. Perang sipil dan perkembangan kerajaan-kerajaan Islam, khususnya Kesultanan Malaka, mempercepat jatuhnya kerajaan Majapahit. Setelah kejatuhan itu, sebagian orang Majapahit melarikan diri ke tempat-tempat seperti gunung Bromo (Tengger), Blambangan (Banyuwangi/Osing), dan Bali. Orang Osing berbicara menggunakan bahasa Osing Ngoko. Bagi orang Jawa lainnya, bahasa ini sangat kuno dan bercampur dengan bahasa Madura.

Seperti apa kehidupan mereka?

Keluarga, tempat tinggal, makanan, serta pola kesehatan dan sosial orang Jawa Osing tidak jauh berbeda dari budaya Jawa pada umumnya. Akan tetapi, budaya mereka juga sangat dipengaruhi oleh budaya Bali. Misalnya saja tarian Janger. Tarian ini bertemakan cinta kasih dan dipentaskan dengan diiringi gendang dua sisi (kendang kempul). Pakaian penarinya bergaya Jawa, tetapi sanggul yang dipakai penarinya sangat mirip dengan sanggul wanita Bali.

Kebanyakan orang Osing bermatapencaharian petani, memelihara ternak, dan berdagang. Selain itu, mereka juga ada yang menjadi pegawai negeri (PNS) dan wiraswasta. Orang Osing tidak pernah mengalami kekeringan karena mereka hidup di lereng gunung Ijen dan Bromo. Orang Jawa Osing sangat menghargai hubungan dengan kerabat mereka, baik yang dekat maupun yang jauh. Hubungan yang baik dengan orang lain juga dijaga dengan saling memberi dan menerima, serta berusaha memahami perasaan dan kemampuan orang lain. Kebiasaan ini mereka namai "tepa selira", yang intinya tidak melakukan sesuatu yang kita sendiri tidak ingin menerimanya dari orang lain. Orang Jawa Osing juga dikenal sebagai suku yang ramah. Budaya mereka, yang kini dalam perlindungan negara, telah menjadi populer dan menarik perhatian turis. Pemerintah berharap dapat melestarikan budaya suku ini sehingga kebanggaan mereka terhadap budayanya semakin bertambah.

Apa kepercayaan mereka?

Islam adalah agama mayoritas dalam suku ini setelah agama Hindu didesak ke Bali. Para kyai (guru agama Islam) memiliki otoritas tertinggi dalam hal keagamaan. Orang Jawa Osing memiliki banyak ritual selamatan untuk banyak peristiwa yang spesifik seperti: kematian, bersih desa, menanam dan memanen padi, kelahiran, pernikahan, dan bahkan untuk pindah ke rumah baru. Ritual selamatan ini adalah percampuran antara budaya Jawa dan Islam sehingga selamatan juga dilaksanakan untuk memperingati hari raya Islam seperti: Malam 1 Sura, Maulud Nabi, Ruahan, Punggahan, Rejabaten, dan Sekaten. Dukun tradisional orang Osing terkenal dengan kemampuannya untuk melakukan sihir dari jarak jauh. Orang Osing percaya bahwa dengan kekuatan sihirnya itu, sang dukun dapat mengobati atau mencelakai siapa atau apa pun yang dianggap sebagai masalah.

Apa kebutuhan mereka?

Sebagai petani dan peternak, orang Jawa Osing masih memiliki kemampuan yang terbatas. Karena itu, mereka perlu dilatih dalam menggunakan teknologi skala kecil untuk meningkatkan tingkat produktivitas mereka. (t/Yudo)

Berikut ini adalah beberapa referensi yang bisa Anda gunakan untuk mengetahui lebih jauh tentang Suku Osing, dan beberapa media untuk melakukan penginjilan kepada suku ini:
a. Suku Osing: http://sabda.org/publikasi/misi/2000/38
b. Audio Kisah-Kisah Alkitab dan Pelajarannya: http://globalrecordings.net/id/language/4691
c. Pengajaran Alkitab dalam Bentuk Audio Visual: http://globalrecordings.net/id/program/C84087
d. Suku Osing: http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Osing

POKOK DOA

1. Mari berdoa kepada Tuhan Yesus untuk suku Osing yang sampai hari ini masih menjaga hubungan kekerabatan dengan baik, kiranya tradisi mereka ini bisa menjadi teladan bagi suku-suku lain untuk hidup berdampingan dengan damai.

2. Berdoalah kepada Tuhan Yesus agar orang-orang suku Osing, yang sebagian besar masih percaya pada ritual-ritual selamatan, mau membuka hati untuk Injil dan menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juru Selamat mereka.

3. Doakan kepada Tuhan Yesus agar orang-orang suku Osing mau membuka diri untuk belajar hal-hal baru, tekun berlatih dalam menggunakan teknologi, dan pantang menyerah dalam memajukan kesejahteraan sukunya.

Tidak ada komentar: