Rabu, 02 Juli 2014

SUKU KAILI

SUKU KAILI

Suku Kaili adalah salah satu suku di Indonesia yang mendiami provinsi Sulawesi Tengah. Ada banyak versi cerita mengenai asal usul nama Kaili. Salah satunya adalah berasal dari nama pohon dan buah Kaili yang umumnya tumbuh subur di daerah ini, terutama di tepi sungai Palu dan teluk Palu. Menurut cerita daerah itu, di kampung Bangga ada sebuah pohon Kaili yang tumbuh menjulang tinggi yang banyak digunakan pelaut sebagai panduan dalam menentukan arah ke pelabuhan Banggai. Suku Kaili memiliki wilayah yang cukup luas, bahkan terbesar di Sulawesi Tengah. Dalam sejarah, suku ini dulunya adalah sekelompok orang yang turun dari dataran tinggi Sulawesi Tengah ke lembah-lembah sampai pesisir hingga membentuk komunitas yang besar. Jangkauan peradaban suku ini sangat luas, yang meliputi wilayah kabupaten Donggala, kabupaten Sigi, dan kota Palu, di seluruh daerah di lembah antara gunung Gawalise, gunung Nokilalaki, Kulawi, dan gunung Raranggonau. Mereka juga menghuni wilayah pantai timur Sulawesi Tengah, meliputi kabupaten Parigi-Moutong, kabupaten Tojo-Una Una, dan kabupaten Poso. Masyarakat suku Kaili mendiami kampung/desa di teluk Tomini, yaitu Tinombo, Moutong, Parigi, Sausu, Ampana, Tojo, dan Una Una. Sedangkan di kabupaten Poso, mereka mendiami daerah Mapane, Uekuli, dan pesisir pantai Poso.

Kepercayaan Suku Kaili

Suku Kaili merupakan salah satu suku tertua yang ada di Indonesia. Sebagaimana suku tertua, mayoritas masyarakat dalam suku ini menganut animisme yang percaya kepada benda-benda seperti batu, pohon besar, dsb.. Mereka juga percaya kepada dewa-dewa. Sebagian suku Kaili ada yang percaya kepada tuhan (Dewa) yang disebut Tomamuru (sang pencipta), Buriro (penyubur tanah), dan Tampilangi (penyembuhan). Namun, sejak agama Islam masuk dan tersebar di antara suku ini, perlahan mereka meninggalkan kepercayaan animisme dan beralih ke ajaran Islam. Salah satu orang yang berperan besar dalam mengajar dan menyebarkan ajaran Islam adalah keturunan raja Minangkabau, yaitu Abdul Raqi. Perkembangan Islam di suku Kaili sangat cepat sehingga dipastikan mayoritas suku Kaili menganut ajaran Islam.

Kehidupan Masyarakat

Pada zaman dahulu, lapisan sosial masyarakat suku Kaili terbagi menjadi beberapa golongan. Di antaranya golongan raja dan turunannya (madika), golongan bangsawan (to guru nukapa), golongan orang kebanyakan (to dea), dan golongan budak (batua). Selain itu, mereka juga memandang tinggi golongan sosial berdasarkan keberanian (katamang galaia), keahlian (kavalia), kekayaan (kasugia), kedudukan (kadudua), dan usia (tetua). Di dalam masyarakat ini terdapat tiga pola pemukiman adat, yakni Ngapa (pola pemukiman mengelompok padat), Boya (pengelompokan komunitas kecil menyebar), dan Sampoa (tempat berlabuhan). Upacara-upacara adat merupakan kekhasan yang dimiliki suku Kaili. Mata pencaharian utama suku Kaili adalah bercocok tanam di sawah maupun di ladang. Sementara itu, bagi mereka yang tinggal di pesisir, mata pencarian mereka adalah nelayan dan berdagang.

Tidak ada komentar: