40 HARI MENGASIHI BANGSA DALAM DOA -- MINGGU, 30 JUNI 2013
SUKU TERNATE
Indonesia
dikenal sebagai salah satu negara yang tidak hanya memiliki kekayaan
alam, tetapi juga keaneragaman suku dan budaya. Salah satu suku yang
cukup dikenal di Indonesia adalah Suku Ternate.
Suku Ternate
merupakan penduduk asli Pulau Ternate, di mana populasi yang mendiami
pulau tersebut mencapai 50.000 jiwa. Penduduk asli Suku Ternate memang
tinggal di Pulau Ternate, tetapi penambahan jumlah penduduk membuat
masyarakat Ternate menyebar ke daerah yang lain, seperti Pulau Obi dan
Pulau Bacan. Pulau ini terletak di wilayah Kabupaten Halmahera bagian
tengah, dan ada yang di luar Provinsi Maluku Utara.
Bahasa Ternate
Masyarakat
Ternate menggunakan Bahasa Ternate. Beberapa ahli ada yang berpendapat
bahwa Bahasa Ternate ini merupakan hasil dari rumpun bahasa yang ada di
Halmahera bagian Utara. Bahasa tersebut termasuk dalam rumpun Bahasa
non-Austronesia.
Mata Pencaharian
Mata pencaharian
masyarakat Ternate sebagian besar adalah nelayan, bertani, dan berkebun.
Adapun tanaman yang ditanam di antaranya: ubi kayu, sayur-mayur, padi,
kacang-kacangan, dan ubi jalar. Beberapa tanaman keras yang ditanam
yaitu: pala, kelapa, dan cengkih. Bahkan, tanaman cengkeh mempunyai
sejarah yang sangat melekat dengan Ternate. Banyak orang Eropa yang
tertarik datang ke Ternate karena tanaman yang satu ini. Banyak orang
yang tertarik datang ke Ternate bukan hanya karena hasil pertaniannya,
namun juga karena para pelaut Ternate yang ulung. Meski demikian, saat
ini penduduk yang tinggal di Ternate membutuhkan pertolongan dari segi
material untuk menanamkan modal. Modal ini diinvestasikan untuk menggali
berbagai kekayaan alam yang sangat melimpah di daerah ini. Pasalnya, di
antara tiga bidang utama yang ditekuni masyarakat Ternate, yaitu
pertanian, kelautan, dan kehutanan, hanya bidang kehutanan saja yang
berjalan lancar. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan jika bidang
kehutanan penggarapannya dilakukan secara besar-besaran.
Ternate
juga mulai mempromosikan sektor pariwisata, baik wisata budaya maupun
alam. Wisata yang ada di Ternate salah satunya adalah Istana Kesultanan
Ternate, yaitu bangunan peninggalan Bangsa Portugis. Dengan adanya
beragam bangunan bersejarah dan tempat-tempat dengan panorama alam yang
indah, potensi Ternate dari segi pariwisata terbuka sangat besar. Hal
ini juga dilengkapi dengan akomodasi maupun transportasi yang dibutuhkan
oleh para wisatawan.
Agama Islam
Tak ada sumber yang
jelas mengenai kapan awal kedatangan Islam di Maluku, khususnya Ternate.
Namun, diperkirakan sejak awal berdirinya kerajaan Ternate, masyarakat
Ternate telah mengenal Islam, mengingat banyaknya pedagang Arab yang
telah bermukim di Ternate kala itu. Beberapa raja awal Ternate sudah
menggunakan nama bernuansa Islam, tetapi kepastian mereka maupun
keluarga kerajaan memeluk Islam masih diperdebatkan. Hanya dapat
dipastikan bahwa keluarga kerajaan Ternate resmi memeluk Islam
pertengahan abad 15.
Kolano Marhum (1465 -- 1486), penguasa
Ternate ke-18 adalah raja pertama yang diketahui memeluk Islam bersama
seluruh kerabat dan pejabat istana. Pengganti Kolano Marhum adalah
putranya, Zainal Abidin (1486 -- 1500). Beberapa langkah yang diambil
Sultan Zainal Abidin adalah meninggalkan gelar Kolano dan menggantinya
dengan Sultan. Islam diakui sebagai agama resmi kerajaan, syariat Islam
diberlakukan, membentuk lembaga kerajaan sesuai hukum Islam dengan
melibatkan para ulama. Langkah-langkahnya ini kemudian diikuti kerajaan
lain di Maluku secara total, hampir tanpa perubahan. Ia juga mendirikan
madrasah yang pertama di Ternate. Sultan Zainal Abidin pernah
memperdalam ajaran Islam dengan berguru pada Sunan Giri di Pulau Jawa,
di sana beliau dikenal sebagai "Sultan Bualawa" (Sultan Cengkih).
Sampai
saat ini, sebagian besar atau mayoritas masyarakat Ternate memeluk
agama Islam sebagai kepercayaannya. Bahkan, di Ternate juga terdapat
tradisi SONE MA-DINA/DINA SONE, yaitu sebuah tradisi masyarakat dan
acara ritual wafatnya seseorang di Ternate. Tradisi ini muncul sejak
agama Islam masuk dan berkembang di daerah Ternate dan sekitarnya
(Jazirah Maluku Utara). Munculnya tradisi tersebut kemudian disusul
dengan perkembangan syariat Islam di daerah ini, terutama penerapan
syariat Islam yang pernah dilakukan oleh Sultan Zainal Abidin, Raja
Ternate yang ke-19 (1486–1500).
Mengingat bahwa suku Ternate
merupakan suku yang masih membutuhkan pelayanan penginjilan, berikut
kami menyajikan link yang berisi bahan-bahan pendukung pelayanan untuk
Suku Ternate:
1. Bahan berisi Audio kisah-kisah Alkitab dan pelajarannya dalam Bahasa Ternate: http://globalrecordings.net/id/language/1141
2. Bahan yang berisi kisah Yesus dalam Bahasa Ternate:
http://5fish.mobi/id/1141?language=Ternate
Anda juga dapat mengunjungi situs e-Misi < http://misi.sabda.org/beranda.html
> untuk mendapatkan pokok-pokok doa tentang pekerjaan-pekerjaan misi
bagi penginjilan yang ada di Indonesia dan seluruh dunia. Tuhan Yesus
memberkati.
POKOK DOA:
1. Berdoa supaya pemerintah
memberikan bantuan secara material kepada masyarakat Ternate, yang dapat
dipakai untuk memaksimalkan pengolahan sumber daya alam.
2.
Berdoa untuk para hamba Tuhan, misionaris, dan penginjil yang melayani
di wilayah Ternate supaya mereka dipakai Tuhan dalam penyebaran Injil di
wilayah tersebut.
3. Berdoa untuk masyarakat Ternate yang mayoritas adalah muslim supaya mereka mengenal Kristus dan diselamatkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar