Rabu, 03 Juli 2013

SUKU TERNATE

40 HARI MENGASIHI BANGSA DALAM DOA -- MINGGU, 30 JUNI 2013

SUKU TERNATE

Indonesia dikenal sebagai salah satu negara yang tidak hanya memiliki kekayaan alam, tetapi juga keaneragaman suku dan budaya. Salah satu suku yang cukup dikenal di Indonesia adalah Suku Ternate.

Suku Ternate merupakan penduduk asli Pulau Ternate, di mana populasi yang mendiami pulau tersebut mencapai 50.000 jiwa. Penduduk asli Suku Ternate memang tinggal di Pulau Ternate, tetapi penambahan jumlah penduduk membuat masyarakat Ternate menyebar ke daerah yang lain, seperti Pulau Obi dan Pulau Bacan. Pulau ini terletak di wilayah Kabupaten Halmahera bagian tengah, dan ada yang di luar Provinsi Maluku Utara.

Bahasa Ternate

Masyarakat Ternate menggunakan Bahasa Ternate. Beberapa ahli ada yang berpendapat bahwa Bahasa Ternate ini merupakan hasil dari rumpun bahasa yang ada di Halmahera bagian Utara. Bahasa tersebut termasuk dalam rumpun Bahasa non-Austronesia.

Mata Pencaharian

Mata pencaharian masyarakat Ternate sebagian besar adalah nelayan, bertani, dan berkebun. Adapun tanaman yang ditanam di antaranya: ubi kayu, sayur-mayur, padi, kacang-kacangan, dan ubi jalar. Beberapa tanaman keras yang ditanam yaitu: pala, kelapa, dan cengkih. Bahkan, tanaman cengkeh mempunyai sejarah yang sangat melekat dengan Ternate. Banyak orang Eropa yang tertarik datang ke Ternate karena tanaman yang satu ini. Banyak orang yang tertarik datang ke Ternate bukan hanya karena hasil pertaniannya, namun juga karena para pelaut Ternate yang ulung. Meski demikian, saat ini penduduk yang tinggal di Ternate membutuhkan pertolongan dari segi material untuk menanamkan modal. Modal ini diinvestasikan untuk menggali berbagai kekayaan alam yang sangat melimpah di daerah ini. Pasalnya, di antara tiga bidang utama yang ditekuni masyarakat Ternate, yaitu pertanian, kelautan, dan kehutanan, hanya bidang kehutanan saja yang berjalan lancar. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan jika bidang kehutanan penggarapannya dilakukan secara besar-besaran.

Ternate juga mulai mempromosikan sektor pariwisata, baik wisata budaya maupun alam. Wisata yang ada di Ternate salah satunya adalah Istana Kesultanan Ternate, yaitu bangunan peninggalan Bangsa Portugis. Dengan adanya beragam bangunan bersejarah dan tempat-tempat dengan panorama alam yang indah, potensi Ternate dari segi pariwisata terbuka sangat besar. Hal ini juga dilengkapi dengan akomodasi maupun transportasi yang dibutuhkan oleh para wisatawan.

Agama Islam

Tak ada sumber yang jelas mengenai kapan awal kedatangan Islam di Maluku, khususnya Ternate. Namun, diperkirakan sejak awal berdirinya kerajaan Ternate, masyarakat Ternate telah mengenal Islam, mengingat banyaknya pedagang Arab yang telah bermukim di Ternate kala itu. Beberapa raja awal Ternate sudah menggunakan nama bernuansa Islam, tetapi kepastian mereka maupun keluarga kerajaan memeluk Islam masih diperdebatkan. Hanya dapat dipastikan bahwa keluarga kerajaan Ternate resmi memeluk Islam pertengahan abad 15.

Kolano Marhum (1465 -- 1486), penguasa Ternate ke-18 adalah raja pertama yang diketahui memeluk Islam bersama seluruh kerabat dan pejabat istana. Pengganti Kolano Marhum adalah putranya, Zainal Abidin (1486 -- 1500). Beberapa langkah yang diambil Sultan Zainal Abidin adalah meninggalkan gelar Kolano dan menggantinya dengan Sultan. Islam diakui sebagai agama resmi kerajaan, syariat Islam diberlakukan, membentuk lembaga kerajaan sesuai hukum Islam dengan melibatkan para ulama. Langkah-langkahnya ini kemudian diikuti kerajaan lain di Maluku secara total, hampir tanpa perubahan. Ia juga mendirikan madrasah yang pertama di Ternate. Sultan Zainal Abidin pernah memperdalam ajaran Islam dengan berguru pada Sunan Giri di Pulau Jawa, di sana beliau dikenal sebagai "Sultan Bualawa" (Sultan Cengkih).

Sampai saat ini, sebagian besar atau mayoritas masyarakat Ternate memeluk agama Islam sebagai kepercayaannya. Bahkan, di Ternate juga terdapat tradisi SONE MA-DINA/DINA SONE, yaitu sebuah tradisi masyarakat dan acara ritual wafatnya seseorang di Ternate. Tradisi ini muncul sejak agama Islam masuk dan berkembang di daerah Ternate dan sekitarnya (Jazirah Maluku Utara). Munculnya tradisi tersebut kemudian disusul dengan perkembangan syariat Islam di daerah ini, terutama penerapan syariat Islam yang pernah dilakukan oleh Sultan Zainal Abidin, Raja Ternate yang ke-19 (1486–1500).

Mengingat bahwa suku Ternate merupakan suku yang masih membutuhkan pelayanan penginjilan, berikut kami menyajikan link yang berisi bahan-bahan pendukung pelayanan untuk Suku Ternate:

1. Bahan berisi Audio kisah-kisah Alkitab dan pelajarannya dalam Bahasa Ternate: http://globalrecordings.net/id/language/1141

2. Bahan yang berisi kisah Yesus dalam Bahasa Ternate:
http://5fish.mobi/id/1141?language=Ternate

Anda juga dapat mengunjungi situs e-Misi < http://misi.sabda.org/beranda.html > untuk mendapatkan pokok-pokok doa tentang pekerjaan-pekerjaan misi bagi penginjilan yang ada di Indonesia dan seluruh dunia. Tuhan Yesus memberkati.

POKOK DOA:

1. Berdoa supaya pemerintah memberikan bantuan secara material kepada masyarakat Ternate, yang dapat dipakai untuk memaksimalkan pengolahan sumber daya alam.

2. Berdoa untuk para hamba Tuhan, misionaris, dan penginjil yang melayani di wilayah Ternate supaya mereka dipakai Tuhan dalam penyebaran Injil di wilayah tersebut.

3. Berdoa untuk masyarakat Ternate yang mayoritas adalah muslim supaya mereka mengenal Kristus dan diselamatkan.

Tidak ada komentar: