ARTIKEL DOA: RAHASIA DOA YANG TAK TERJAWAB (2)
Doa -- Bukan Kefasihan Lidah
Dari
sudut pandang surga, semua kemenangan rohani diraih bukan di atas
mimbar, pemberitaan di media, ataupun perayaan yang meriah, melainkan
melalui doa. Satu-satunya kuasa yang menaklukkan Iblis dan melepaskan
jiwa-jiwa yang ditawannya adalah kuasa Roh Kudus. Dan, satu-satunya
kuasa yang melepaskan kuasa Roh Kudus adalah kuasa doa yang disertai
iman. Kita pantas bersyukur kepada Allah atas bakat, kemampuan, dan
karunia berkhotbah seperti Billy Graham. Namun, tanpa meremehkan karunia
itu, kuasa yang mengubahkan ribuan orang lewat pelayanan Billy Graham
bukanlah kuasa dari karunia istimewa, khotbah yang hebat, maupun ajakan
yang berpengaruh secara psikologis. Kuasa itu berasal dari doa dan iman
jutaan pendukung doanya. Dari sudut pandang surga, perpaduan doa dan
syafaat yang mendukung pelayanan Billy Grahamlah penyebab kegerakan
rohani itu. Karena besarnya dukungan doa kepadanya, pasukan Iblis yang
melawannya ditaklukkan dan diikat sebagaimana Musa, Harun, dan Hur
mendoakan Yosua dan Bangsa Israel dalam melawan Bangsa Amalek.
Doa -- Bukan Teori
Efektivitas
rohani pemberitaan Injil di mimbar, radio, dan televisi bukanlah hasil
utama dari visi misi maupun program yang istimewa, atau bahkan kedalaman
isi berita yang mereka sampaikan. Semua itu penting dan tidak layak
dianggap remeh. Akan tetapi, kuasa yang mengikat Iblis dan mengubah
manusia hanya dilepaskan oleh doa yang tulus dan disertai iman. Hal yang
sama juga bisa dikatakan tentang pesan Injil. Keahlian dan pengetahuan
penulis memang penting, namun pesannya tetap termeterai sampai Roh Kudus
membuka dan menghidupkannya dalam pikiran para pembacanya.
Doa dan Upah
Banyak
orang bersedih hati karena mereka telah diabaikan dalam pelayanan di
ladang misi atau kegiatan lain yang mereka pilih. Melalui doa syafaat
yang tekun, mereka dapat menyelesaikan tugas dan meraup upah yang utuh
seperti para pekerja di ladang. Melalui doa syafaat yang tekun, mereka
yang mengeluh telah dicurangi dalam hidup karena tidak punya karunia
atau bakat yang luar biasa, maupun mereka yang pensiun karena usia atau
penyakit, dapat berbagi berkat surgawi yang setara dengan berkat
termulia (Matius 10:41). Jika keramahan yang sederhana saja mendatangkan
upah sepadan, doa yang mendukung pelayanan tentulah tidak akan
diabaikan.
Tak Ada Ruang untuk Mengasihani Diri
Tidak ada
ruang untuk mengasihani diri atau iri hati terhadap orang-orang yang
lebih berbakat karena tersedia peran bagi seseorang yang mau menjadi
pahlawan doa. Semua pahlawan doa yang setia memberikan andil yang sama
seperti para pemimpin yang berada di garis depan. Sesungguhnya, "Takdir
dunia berada di tangan orang-orang kudus yang tak dikenal."
Doa Syafaat Daniel
Penglihatan
tentang masa depan Bangsa Israel diterima oleh Daniel di akhir tiga
minggu masa puasanya. Selama itu, Daniel berduka atas bangsanya,
sehingga ia berdoa syafaat tentang masa depan Israel. Doa Daniel
didengar di surga tepat pada hari ia memulai syafaatnya dan segera
utusan surgawi ini dikirim beserta jawabannya (Daniel 10:12-13, FAYH).
Peperangan dalam Dunia Roh
Jauh
di tepi sungai, ada seorang manusia yang berpuasa dan berdoa. Ia
berusaha, memohon, memaksa, bertekun, mendesak, bergumul, dan menderita.
Ia berduka dari hari ke hari. Ia telah membaca nubuat Yeremia tentang
masa pembuangan selama 70 tahun dan tahu bahwa waktunya hampir tiba.
Waktu penggenapan nubuat itu sudah dekat. Meskipun Allah berkuasa dan
sanggup -- seandainya Ia berkehendak untuk menggenapi nubuat-Nya tanpa
bantuan pihak lain, Daniel terbukti menyadari bahwa doa syafaat harus
dilakukan untuk mendatangkan penggenapan nubuat itu. Allah telah
bernubuat. Ketika tiba waktu penggenapannya, Ia tidak menggenapinya
sesuai kehendak-Nya tanpa partisipasi doa yang di rancang-Nya. Ia
mencari seseorang yang menyediakan hatinya untuk memikul beban doa
syafaat. Doa syafaat adalah sesuatu yang paling tidak egois yang dapat
dilakukan setiap orang.
Allah senantiasa membuat keputusan di
surga. Seseorang dipanggil untuk melaksanakan keputusan itu di bumi
melalui doa syafaat dan iman. Bagian konflik ini -- suasana doa di tepi
sungai -- adalah satu tingkatan yang dapat kita amati. Akan tetapi,
bagian lain dari pertempuran ini tak terlihat dari bumi. Saat Daniel
berlutut dalam doa, konflik yang bersamaan dan berkaitan, berkecamuk di
surga. Dua malaikat, mungkin beserta kekuatan roh di bawah perintah
mereka, terlibat dalam pertarungan sengit yang berlangsung selama tiga
minggu. Karena Allah tidak berbuat apa pun selain menjawab doa, jika
saja Daniel menjadi letih dan patah semangat, Allah pasti akan mencari
orang lain untuk berdoa syafaat atau membiarkan malaikat-Nya menderita
kekalahan. Meskipun doa Daniel pasti terkabul dan sedang terjadi, jika
Daniel menyerah, jawaban itu agaknya tidak akan pernah sampai. Dengan
demikian, pertempuran sesungguhnya terjadi dan kemenangan diraih ketika
doa dinaikkan di tepi sungai. Di sanalah tindakan yang menentukan
terjadi.
Perlunya Bertekun
Dalam 1 Yohanes 5 dinyatakan
bahwa setiap doa yang diungkapkan dalam iman dan seturut kehendak Allah
akan selalu mendapat jawaban dari surga. Namun, Iblis tidak pernah
membiarkan jawaban doa itu sampai ke bumi jika ia bisa mencegahnya.
Ketekunan dan kegigihan dalam doa tidak dibutuhkan untuk membujuk
kehendak Allah, tetapi untuk memampukan-Nya menaklukkan perlawanan
roh-roh jahat yang menghalangi. Jika tujuan Allah dalam rancangan
doa-Nya adalah memberi kita pelatihan dalam menaklukkan Iblis, Ia tidak
dapat dengan sendirinya menghilangkan penghalang dari setan itu. Jika
Allah bekerja melampaui gereja-Nya, menyelesaikan semua masalah gereja,
dan memberi kemenangan kepada gereja, itu akan mencegah pertumbuhan
gereja menuju kepenuhan dan membuat gereja tidak layak untuk duduk di
takhta sebagai pemenang. Inilah latar belakang pengajaran Alkitab
tentang pentingnya bertekun. Jawaban atas banyak doa yang telah
dikabulkan di surga mungkin diterima karena yang berdoa tidak menjadi
letih, patah semangat, terintimidasi, atau menyerah dalam pertarungan.
Yesus memberi tahu bahwa pria yang memerlukan 3 roti dari tetangganya
itu menerima apa yang dibutuhkannya karena kegigihannya (Lukas 11:9;
Habakuk 2:3). Salah satu alasan banyak doa sepertinya tidak dijawab
adalah gagalnya si pendoa untuk terus bertekun sampai menerima
jawabannya.
S.D. Gordon berkata, "Ini adalah pertikaian yang
sangat sengit. Setan adalah ahli strategi yang terlatih dan petarung
yang tangguh. Ia menolak mengalami kekalahan sampai ia benar-benar
kalah. Inilah pertarungan hidupnya. Musuh menyerah hanya jika ia memang
harus menyerah. Ia hanya menyerahkan apa yang telah dikalahkan. Oleh
karena itu, penaklukan harus dilakukan selangkah demi selangkah. Ia
senantiasa memperbarui serangannya. Oleh sebab itu, ia harus ditaklukkan
dalam nama TUHAN, Sang Pemenang (Efesus 6:13-14). Ini adalah suatu
konflik kehendak. Jika kehendak, kegigihan, dan kebulatan tekad Iblis
jauh melampaui ketekunan si pendoa, maka pendoa itu akan kalah. Akan
tetapi, si pendoa mempunyai keuntungan karena kemenangan Kristus dan
tidak perlu mengalami kematian. Ketekunan dan iman yang sempurna menjadi
perpaduan tak terkalahkan.
Penyebab Kegagalan Berdoa
Berkaitan
dengan banyaknya janji Allah yang tegas untuk menjawab doa, muncul
banyak pertanyaan: Mengapa kegiatan doa di gereja sangat diabaikan? Apa
penyebab kegagalan berdoa oleh gereja? Meskipun ada banyak alasan yang
diajukan, barangkali yang paling mendasar adalah "kurangnya iman akan
kebenaran firman Allah" (Matius 7:7). Ketidakpercayaan akan kebenaran
Firman adalah penyebab utama dan terbesar dari tiadanya doa.
Ketidakpercayaan ini bercokol tanpa kita sadari, namun disingkapkan oleh
lemahnya kehidupan doa gereja.
Penilaian yang Tepat atas Firman
Menurut
Erich Sauer, hakikat rohani manusia terutama dinyatakan dalam kuasa
perkataannya. "Perkataan adalah penyataan diri yang langsung dari dalam
diri manusia atau kepribadiannya. Pikiran adalah perkataan di dalam roh,
sedangkan perkataan yang ditulis atau diucapkan merupakan tubuh bagi
pikiran itu. Perkataan adalah manifestasi roh." Anda adalah apa yang
Anda pikirkan (Amsal 23:7a). Jika pikiran adalah bagian integral dari
seseorang, maka demikian juga seharusnya perkataan sebagai tubuh
pikiran. Oleh karena itu, firman Allah pastilah bagian dari diri-Nya dan
Allah sendiri sebenarnya hidup dalam firman-Nya.
Tentu saja,
kita harus menyadari, dalam pengertian yang paling mendasar, bahwa Yesus
Kristus adalah Firman (Yohanes 1:1). Yesus disebut sebagai Logos atau
Firman karena Yesus-lah yang dengan sempurna menyatakan Allah Bapa
(Yohanes 1:18). Namun, di zaman ini, kita tidak mengalami kehadiran
Firman yang kekal itu dalam daging. Namun, kita mempunyai pengganti-Nya,
Penghibur yang diutus-Nya, yaitu Roh Kudus (Yohanes 16:7). Roh Kudus
telah mengilhami penyataan hakikat dan karya Allah secara tertulis yang
kita miliki sekarang, yang kita kenal sebagai Alkitab (2 Timotius
3:16-17). Meskipun Ia menggunakan orang-orang yang telah
dipersiapkan-Nya sebagai penulis, apa yang dituliskan benar-benar firman
Allah. Firman Allah yang tertulis ini membentuk tubuh bagi pikiran
Allah. Firman yang tertulis bukan sekadar 'tulisan', namun digerakkan
oleh napas ilahi-Nya. Dengan demikian, Firman itu hidup (Ibrani 4:12)
sebagai manifestasi Allah, sebuah 'tubuh' bagi Roh Kudus. Dalam hal ini,
firman Allah benar-benar bagian dari Allah sendiri, dan Allah
benar-benar hidup dalam firman-Nya.
Firman yang tertulis
mengambil alih tempat Yesus di zaman ini dan dilahirkan dalam
kepribadian-Nya, mempunyai semua unsur yang ada di dalam Yesus. Karena
perkataan Yesus sebenarnya adalah bagian dari diri-Nya, semua kuasa dan
kewenangan yang dimiliki-Nya tersembunyi dalam firman-Nya yang tertulis,
yang membawa kewenangan yang sama seperti ketika diucapkan oleh Yesus
sendiri. Dengan demikian, Firman yang hidup dalam bibir orang yang penuh
iman tanpa keraguan, yang diucapkan oleh seorang kudus yang tidak
berkompromi dengan Iblis, akan membawa kewenangan yang sama seperti
ketika diucapkan oleh Yesus sendiri. Allah adalah penulis sekaligus
penggerak Firman. Anda tidak dapat memisahkan Allah dari firman-Nya
(Yohanes 10:35b). Karena diberi napas oleh Allah, firman-Nya tidak
mungkin gagal. Jika Allah tidak menepati firman-Nya yang keluar dari
mulut-Nya, Ia bukanlah Allah.
Penyembuhan untuk Kegagalan Berdoa
Mustahil
bagi Allah untuk berdusta (Ibrani 6:18; Bilangan 23:19; Yeremia 1:12).
Yesus sendiri menyatakan dengan tegas bahwa "Alkitab tidak dapat
dibatalkan dan Ia memeteraikan keakuratannya" (Yohanes 5:39). "Ia
sendiri menjamin kebenaran firman-Nya" (Yohanes 17:17). Penghormatan
Allah kepada firman-Nya dinyatakan dalam pernyataan yang paling
mengejutkan ini, "... sebab Kaubuat nama-Mu dan janji-Mu melebihi segala
sesuatu" (Mazmur 138:2). Kita mungkin tidak sepenuhnya memahami ayat
ini, namun kalimat itu memberi kesaksian tentang komitmen Allah yang
luar biasa atas firman-Nya. Kemuliaan-Nya tak terpisahkan dari
firman-Nya. Jika gereja sepenuhnya memercayai kebenaran firman Allah,
itu akan menyembuhkan kegagalannya berdoa.
Keberhasilan Iman yang Sempurna
Dengan
demikian, semua doa yang sepertinya tak terjawab, padahal seturut
kehendak Allah, dapat disebabkan karena tipuan, gertakan, dan perlawanan
Iblis, ditambah dengan kebutaan, pengabaian, keseganan, kelemahan
karakter pribadi, dan kegagalan orang percaya untuk bertekun dalam iman
yang kokoh dan berani. Karena Allah tetaplah Allah, tanggung jawab atas
doa yang tak terjawab tidak bisa diletakkan di pihak surga. "... Allah
adalah benar, dan semua manusia pembohong ...." (Roma 3:4) "... Allah
yang tidak berdusta." (Titus 1:2) "... sedang Kitab Suci tidak dapat
dibatalkan." (Yohanes 10:35) Marilah kita berhenti mempertanyakan
kebenaran Firman. Iman tidak akan pernah disempurnakan sampai kita
menerima tanggung jawab atas kegagalan itu. Alexander Maclaren berkata,
"Jika kita memahami diri kita sendiri dengan lebih baik, dan mampu
melihat sebagaimana Allah melihat, kita dapat menelusuri bahwa semua doa
yang tidak terjawab menuju kelemahan dalam karakter kekristenan kita
sendiri." Oleh karena itu, ketika orang percaya terus mencari Allah
dengan kehendak yang sepenuhnya diserahkan dan berjalan dalam terang, ia
memiliki jaminan pasti bahwa ia akan menerima jawaban atas doanya,
tanpa kegagalan. Itu terjadi ketika iman disempurnakan. Saat jawaban
doanya tertunda, ia akan menyadari bahwa imannya kurang (Matius 9:29;
21:21; Markus 11:24; 9:23). Yesus jelas tidak mengenal istilah doa yang
tidak dijawab. Banyak hal dapat menghalangi iman yang sempurna, tetapi
saat iman itu disempurnakan, jawaban akan diterima. Ini adalah sebuah
hukum ilahi yang sempurna. Rahasia doa yang tak terjawab hanyalah
disebabkan oleh kegagalan manusia, yang pada akhirnya merupakan
kegagalan dari iman yang tidak sempurna. (t/Dicky)
Diterjemahkan dari:
Judul buku: Destined for the Throne
Judul asli artikel: The Mystery of Unanswered Prayer
Penulis: Paul E. Billheimer
Penerbit: Christian Literature Crusade, Pennsylvania 1975
Halaman: 104 -- 113
Tidak ada komentar:
Posting Komentar