Jumat, 09 September 2016

MENGHITUNG BERKAT

MENGHITUNG BERKAT
Ditulis oleh: N. Risanti
Dalam sebuah lagu berbahasa Inggris berjudul "Count Your Blessings", terdapat lirik sebagai berikut: "If I am weary, I can't sleep, I count my blessings instead of sheep ... and I'll fall asleep, counting my blessings." (Jika saya khawatir dan tidak dapat tidur, saya menghitung berkat saya dan bukan menghitung domba, lalu saya akan tertidur ketika menghitung berkat saya - Red.). Yah, lebih sering kita memikirkan hal-hal yang lain: hal-hal yang tidak atau belum dapat kita raih, hal-hal duniawi, berbagai keinginan atau hasrat untuk kepuasan diri, atau hanya terjebak memikirkan situasi dan kondisi yang sedang terjadi. Jika saja setiap hari kita mau menghitung apa saja yang sudah Tuhan berikan kepada kita atau mengingat semua anugerah-Nya di sepanjang perjalanan hidup kita, pastilah hidup dan pikiran kita akan dikuasai damai sejahtera dan sukacita, bukannya kepahitan atau keluhan demi keluhan.
anugerah
Hal yang sama juga terjadi pada bangsa Israel ketika mereka telah berhasil keluar dari perbudakan di tanah Mesir. Dibanding bersyukur kepada Tuhan atas pertolongan demi pertolongan yang telah diberikan-Nya, mereka malah bersungut-sungut dan menyesali keadaan yang terjadi. Ada banyak sekali ayat yang menyatakan keluh kesah bangsa Israel selama perjalanan menuju ke tanah perjanjian dalam kitab Keluaran dan Bilangan. Lalu, apa yang terjadi sebagai akibat perilaku mereka yang kurang percaya tersebut? Amarah Tuhan bangkit karena sungut-sungut mereka, bahkan hanya beberapa saja yang akhirnya dapat memasuki tanah perjanjian, yaitu mereka yang setia dan percaya akan janji dan kebaikan-Nya (Bilangan 11:1; Bilangan 14:27-35). Sungut-sungut atau berkeluh kesah seperti yang ditunjukkan oleh bangsa Israel, bahkan orang Farisi pada masa Perjanjian Baru menjadi bukti dari kedegilan hati pribadi yang tidak mau memercayai Tuhan dengan sepenuh hati. Mereka tidak mampu melihat karya-karya Tuhan dan senantiasa mengandalkan pemikiran mereka sendiri yang sesungguhnya sangat sempit. Tak heran, jika akhirnya kebaikan Tuhan tidak dapat terpancar dari kehidupan orang-orang yang sulit bersyukur karena jika diri mereka sendiri saja tidak mampu merasakan kebaikan dan anugerah Tuhan, bagaimana mungkin mereka dapat menjadi jalan berkat bagi orang lain?
growing
Yesus berkata, "... janganlah kamu mempersoalkan apa yang akan kamu makan atau apa yang akan kamu minum dan janganlah cemas hatimu. Semua itu dicari bangsa-bangsa di dunia yang tidak mengenal Allah" (Lukas 12:39-40). Dan, Ia benar. Kita yang mengenal Allah mengetahui bahwa bahkan yang terbaik dari diri-Nya pun sudah diberikan kepada kita 2000 tahun yang lalu. Jadi, mengapa kita begitu khawatir akan segala perkara yang sedang kita alami saat ini jika kita menyadari bahwa anugerah yang terbesar pun sudah diberikan-Nya kepada kita? Apa lagi yang dapat mengalahkan kekhawatiran kita dibanding dengan ancaman kebinasaan jiwa? Jadi, mari kita mulai menghitung berkat-berkat Tuhan mulai dari sekarang untuk dapat memancarkan kehidupan yang memuliakan Allah dan menjadi berkat bagi sesama. Amin.

Tidak ada komentar: