ARTIKEL DOA: MEMASUKI RUANG RAHASIA DOA (1)
Bacaan kita hari ini 
diambil dari firman Allah dalam Matius 6:6, "Tetapi jika engkau berdoa, 
masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu dan berdoalah kepada Bapamu 
yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang 
tersembunyi akan membalasnya kepadamu."
Doa merupakan berkat 
terbesar yang Allah berikan kepada kita, sekaligus kegiatan rohani 
tersulit yang Allah perintahkan untuk kita lakukan.
Adakah berkat
 yang lebih besar dibandingkan dengan datang ke hadapan Bapa kita di 
tempat yang tersembunyi, masuk ke dalam tempat kudus Allah yang 
tersembunyi, menyatakan kebergantungan kita kepada-Nya atas segala 
sesuatu, mengharapkan bahwa dalam Yesus Kristus, Ia akan memberikan apa 
yang kita butuhkan, bersekutu bersama para penyembah dalam takhta-Nya, 
dan mendapatkan kecukupan anugerah yang melimpah, serta diberi kedamaian
 yang melampaui pengertian? Apa yang dapat dibandingkan dengan berdiri 
di hadapan Allah dalam doa?
Namun, bersamaan dengan itu, doa 
merupakan kegiatan rohani yang paling sulit, yang Allah perintahkan 
kepada kita. Ketika kita berdoa, dosa tampaknya menentang dan menghambat
 kita setiap saat. Kitab Suci menyebut doa sebagai "pergumulan" -- Yakub
 bergulat dengan Allah. Dalam Roma 15, Rasul Paulus menggunakan sebuah 
kata untuk merujuk pada doa yang berarti "perjuangan keras" -- berdoalah
 untuk aku, berjuanglah dengan keras di hadapan Allah untuk aku. Ini 
memang benar menurut pengalaman kita! Ketulusan, kebiasaan, dan doa 
dengan sepenuh hati kepada Allah merupakan sebuah perjuangan yang sangat
 hebat. Kita jatuh ke dalam pengulangan yang sia-sia. Pikiran kita 
melayang-layang dan sering kali, hati kita menjadi dingin dan kata-kata 
sepertinya mencekik leher kita.
Karena itu, kita memerlukan petunjuk dan dorongan dalam doa.
Kita
 tidak boleh berputus asa dan berhenti berdoa karena masalah kita sulit 
atau karena kita lemah. Kita tidak perlu merasa tidak layak berada di 
tempat tersembunyi. Melalui Yesus Kristus, kita harus terus datang ke 
takhta anugerah dengan jaminan penuh. Kita harus terus berjuang, dengan 
menerima hadiah dari Bapa kita yang berupa kekuatan dan kedamaian 
melalui doa.
Dalam bacaan kita, Tuhan tidak memberikan contoh doa
 mudah yang tetap. Ia tidak melengkapi kita dengan penyelesaian ajaib, 
yang olehnya, semua pergumulan dan kesulitan berlalu dengan mudah. Dalam
 bacaan kita, Ia memerintahkan kita untuk berdoa dengan tekun. Ia 
memangggil kita untuk menyatukan hati, pikiran, dan keberadaaan kita. Ia
 juga berjanji bahwa dengan cara ini, kita akan menerima berkat dari 
Allah.
Matius 6 merupakan bagian dari Khotbah di Bukit. Dalam 
bagian dari khotbah ini, Yesus memperlihatkan agama palsu orang-orang 
Farisi yang tampak secara lahiriah. Ia menelanjangi hal-hal yang 
diperlihatkan oleh bau busuk kemunafikan. Hal itu merupakan sebuah agama
 yang digerakkan oleh satu prinsip: agar dilihat manusia dan mendapatkan
 kemuliaan dari manusia. Mereka didorong perasaan senang dilihat mata 
manusia, bukan mata Allah. Dalam semua perbuatan baik mereka (yaitu, 
dalam hal memberi sedekah kepada orang miskin), dalam doa dan puasa 
mereka, mereka hanya ingin dilihat mata manusia. Itulah yang menjadi 
dasar keagamaan mereka. Sebaliknya, dengan jelas Tuhan mengajarkan 
kepada kita bahwa dasar dari agama yang benar adalah bahwa kita harus 
mengutamakan apa yang dilihat oleh Allah secara tersembunyi. Allah 
memanggil kita untuk masuk dalam kehidupan doa yang bersifat pribadi, 
tulus, dan dinaikkan dengan segenap hati ke hadapan Allah. Allah kita 
mengatakan bahwa doa bukan sekadar kata-kata yang diucapkan di mulut, 
melipat tangan, atau sesuatu yang tampak dari luar. Akan tetapi, doa 
adalah ketika kita tidak membiarkan pemikiran tentang dunia, tentang 
diri kita sendiri, dan dosa-dosa kita, lalu berfokus kepada Allah. Kita 
mencari hadirat-Nya secara tersembunyi.
Ia berjanji bahwa dengan cara ini, kita akan menerima upah kita.
"Tetapi
 jika engkau berdoa, masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu dan 
berdoalah kepada Bapamu yang ada di tempat tersembunyi." Marilah kita 
tidak mengabaikan kenyataan bahwa di sini Yesus berasumsi bahwa 
murid-murid-Nya akan berdoa. "Tetapi jika engkau berdoa, ...." Doa 
adalah suatu pemberian cuma-cuma dalam hidup anak-anak kerajaan Yesus 
Kristus.
Yesus mengatakan kata-kata ini kepada para murid-Nya. 
Dalam Matius 5:1, kita membaca bahwa murid-murid-Nya datang kepada-Nya, 
lalu Ia duduk dan mengajar mereka. Tidak berdoa itu jahat. Hidup Kristus
 yang diberikan kepada kita adalah mencari Allah. Seperti tanaman di 
rumah Anda yang selalu mengarahkan daun-daunnya ke arah matahari di mana
 pun Anda menempatkannya, begitulah doa bagi orang Kristen. Kita harus 
melihat kepada Allah, yang dari-Nya datang pertolongan kita.
Kata
 yang Yesus gunakan untuk doa di sini merupakan sebuah kata umum yang 
berarti "penyembahan". Doa itu sama pentingnya dengan penyembahan. 
Ketika hati kita mengenal Allah -- Allah yang benar dalam Alkitab, dan 
ketika hati mengetahui kebergantungan seseorang di hadapan Allah dan 
tersedianya jawaban dari Allah, maka hasilnya adalah doa, berbicara 
kepada Allah, pergi kepada-Nya, dan bercakap-cakap dengan-Nya. Apakah 
Anda sudah berdoa?
Sekarang, saya tidak bertanya kepada Anda 
apakah kehidupan doa Anda berjalan seperti seharusnya. Saya tidak 
bertanya kepada Anda apakah Anda mampu atau tidak untuk mengucapkan doa 
yang fasih. Bahkan, saat ini, saya tidak bertanya kepada Anda apakah 
kehidupan doa Anda berjalan rutin. Saya bertanya: Apakah Anda berdoa? 
Apakah Anda datang ke hadirat Allah dengan tersembunyi, di dalam kamar 
doa? Jika tidak, Anda harus bertobat sekarang! Ketika kita tidak berdoa,
 kita tidak hanya lemah dan menjadi subjek pencobaan, lalu jatuh dalam 
dosa. Ketika kita tidak berdoa, kita sudah berdosa. Yesus berkata, 
"Berdoalah!"
Akan tetapi, Tuhan kita mengetahui bahwa di dalam 
doa, kita diperhadapkan dengan perjuangan berat karena dosa yang berdiam
 di dalam kita, harga diri, dan kemuliaan diri kita. Saya percaya, Anda 
tahu bahwa Allah tidak menekankan pada perilaku lahiriah atau bentuk doa
 kita. Ia tidak menekankan di mana kita berdoa. Namun, Ia menekankan 
motif. Jika Anda membuka Kitab Suci, Anda akan melihat bahwa dalam ayat 
ini, Tuhan bertolak belakang dengan orang-orang munafik. Mereka berdiri 
di tempat-tempat ibadah (sinagoge), di persimpangan jalan, dan berdoa 
untuk diri mereka sendiri. Tuhan mengatakan sebaliknya, Anda perlu 
mencari tempat terpencil. Mungkin, ada sesuatu yang harus dikatakan 
tentang menemukan tempat terpencil. Di sana, Anda dapat berdoa dan jauh 
dari gangguan. Hal itu mungkin benar. Akan tetapi, Tuhan menitikberatkan
 pada motif. Tuhan mengatakan, orang munafik berdoa agar dilihat 
manusia. Ketika ia berdoa, manusialah yang berada dalam pikirannya. Saat
 ia melipat tangannya dalam doa, orang munafik berfokus pada pemikiran 
ini, "Apa yang sedang orang pikirkan tentang saya sekarang?" Di 
hadapannya, ada banyak mata dan telinga manusia. Tuhan menekankan bahwa 
itu adalah sikap dari pikiran Anda, ke sanalah hati Anda terarah, dan 
itulah pusat kehidupan doa. Anda harus datang kepada Allah secara 
tersembunyi. Jangan berlaku seperti seorang munafik.
Ini berarti 
bahwa di dalam natur kita, ada dosa dalam bentuk kesombongan yang 
terlihat jelas di hadapan Allah. Saya percaya, ini merupakan salah satu 
akibat yang paling menghancurkan dari dosa dalam kehidupan kita. Bahkan,
 kesombongan mencemarkan tempat doa yang suci. Tuhan berkata, "Para 
murid, kamu lebih baik waspada. Kamu harus berjaga-jaga. Dosamu akan 
selalu mengikutimu sampai ke hadirat Allah." Dosa bukanlah sesuatu yang 
berada jauh di negeri antah-berantah (ketika Anda di tempat kerja, di 
tempat bermain, atau di mana pun Anda berada). Lalu, ketika Anda berdoa 
dengan melipat tangan, Anda meninggalkan negeri yang jauh dan dosa tidak
 dapat mendekat. Tidak. Dosa membuntuti Anda menuju ke tempat kudus. 
Dosa akan mengikuti Anda sampai ke pintu gerbang surga dan dosa akan 
berusaha masuk, tepat sampai kepada doa Anda karena dosa adalah 
kebalikan dari hati Anda. Ketika kita berdoa kepada Allah, sering kali 
kita menyembah diri sendiri. Kita memikirkan diri sendiri, kata-kata 
kita sendiri di depan telinga orang lain.
Gambaran tertinggi yang
 akan Anda dapatkan dari seorang Kristen adalah ketika ia berlutut di 
hadapan Allah dalam doa. Oh, betapa besar berkatnya. Namun, tepat di 
sana, dosa mencari kesempatan untuk memaksa masuk. Anda mulai dicobai 
untuk memikirkan tentang diri Anda sendiri. Dapatkah Anda berdoa selama 
dua atau tiga menit tanpa membiarkan pikiran Anda mengembara? Anda jadi 
memikirkan bahwa orang-orang lain melihat Anda berdoa. Kata-kata Anda 
dimaksudkan untuk memperoleh pujian dan penerimaan manusia. Anda lebih 
menyembah manusia dan diri Anda sendiri daripada menyembah Allah.
Anak
 Allah mengetahuinya. Itulah sebabnya, ia selalu melihat dosanya sendiri
 seolah-olah itu dosa yang paling besar. Anak Allah tidak perlu melihat 
pemabuk di selokan dan berkata, "Itulah gambaran dosa." Namun, anak 
Allah menemukan gambaran yang lebih mengerikan akan dosa dalam dirinya 
sendiri. Ia harus melawan kejahatan di dalam hatinya saat ia datang 
kepada Allah dalam doa.
Karena itu, Yesus berkata, "Jika kamu 
sungguh-sungguh berdoa, masuklah ke dalam tempat kudus." Tuhan berkata 
mengenai kamar. "Masuklah ke dalam kamarmu," yaitu sebuah bilik, tempat 
pribadi, ruang yang tersembunyi. "Tutup pintunya," kata Yesus, "Dan 
datanglah kepada Bapamu secara tersembunyi (yaitu, di tempat 
tersembunyi)." Pahamilah lagi bahwa Tuhan tidak melarang doa di tempat 
umum. Ia tidak melarang doa keluarga atau doa kelompok. Kita mengetahui 
bahwa doa-doa semacam itu dipraktikkan dalam Kisah Para Rasul -- 
orang-orang percaya berdoa bersama. Allah juga tidak mengartikan bahwa 
ketika kita pergi ke dalam kamar artinya bahwa kita telah terkunci dari 
dunia dan dosa. Anda tidak mengunci dosa dengan sebuah pintu. Anda tidak
 dapat menutup hati Anda terhadap dosa dengan menutup pintu. Maksud 
Yesus adalah Anda harus sungguh-sungguh mengunci semua hal yang dapat 
menjauhkan pikiran Anda dari Allah. Entah Anda berdoa di tempat umum 
atau di tempat tersembunyi, entah Anda berada di meja makan atau di 
gereja, entah Anda berada di sekolah atau di restoran, entah Anda berada
 di sebuah ruangan di rumah sakit bersama orang kudus yang menderita 
atau dalam pertemuan gereja, entah Anda melakukan semuanya sendiri 
sebelum Anda mengucapkan satu kata, pergilah ke kamar Anda. Tutuplah 
pintunya dan pergilah kepada Bapa Anda secara tersembunyi. (t/N. 
Risanti)
Diterjemahkan dan disunting dari:
Nama situs: Reformed Witness Hour
Alamat URL: http://www.reformedwitnesshour.org/1998/1998may03.html
Judul asli artikel: Entering the Secret Chamber of Prayer
Penulis: Rev. Carl Haak
Tanggal akses: 13 Agustus 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar