40 HARI MENGASIHI BANGSA DALAM DOA -- SENIN, 19 JUNI 2017
UZBEKS IN TAJIKISTAN
Bilol,
yang berusia tujuh tahun, tersenyum malu saat ia berjalan dari pintu ke
pintu di desanya dengan teman-temannya, mengumpulkan permen dan
melakukan berbagai hal lainnya pada hari pesta liburan (Idul Fitri) di
penghujung bulan Ramadan.
Meskipun
ia memulai tahun pertama sekolahnya pekan lalu, seragam sekolah yang
diwajibkan sudah tidak cukup ukurannya dan sudah bernoda. Di wajahnya
terdapat goresan karena pertengkaran dengan anak lain. Apa yang tidak
akan Saudara ketahui tentang Bilol pada pandangan pertama adalah bahwa
ia nyaris tidak ingat bahwa ia pernah melihat kedua orang tuanya
bersama-sama. Ayahnya berangkat untuk mencari pekerjaan di Rusia lima
tahun lalu, dan semenjak waktu itu, ayahnya tidak pernah menghubungi
keluarganya. Para kerabat kadang-kadang mendengar kabar dari seseorang
yang telah berjumpa dengannya sehingga mereka tahu bahwa dia masih
bekerja di sana.
Seperti
kebanyakan orang Uzbek, ketika orang tua Bilol menikah, mereka tinggal
bersama orang tua ayahnya, saudara-saudaranya, dan istri-istri, dan
anak-anak mereka. Akan tetapi, ketika ayahnya tidak kembali dari Rusia,
ibunya akhirnya mengambil Bilol dan dua saudaranya kembali untuk tinggal
bersama orang tua ibunya. Hal itu menjadi kesulitan bagi mereka
sehingga dua tahun yang lalu ibu Bilol juga berangkat mencari pekerjaan
di Rusia. Akhirnya, dia mendapatkan pekerjaan, dan secara berkala dia
mengirimkan uang ke rumah orang tuanya. Bilol menghabiskan waktu di
kedua rumah kakek-neneknya, yang terpisah hanya beberapa ratus yard di
desa mereka. Dalam masa-masa pertumbuhannya, banyak waktu yang
dilaluinya tanpa perhatian-kepedulian dan tanpa lingkungan yang nyaman
sebagaimana layaknya dibutuhkan oleh seorang anak.
Bilol
hanyalah salah satu dari generasi anak-anak Uzbek yang tumbuh dengan
"kurangnya perhatian orang tua". Tajikistan adalah negara termiskin di
Asia Tengah bekas kawasan Soviet, dan banyak di antara mereka harus
berjuang untuk menghidupi keluarga mereka, terutama yang ada di
desa-desa. Sebagai akibatnya, setidaknya setengah dari kaum laki-laki
bekerja di luar negeri selama hampir sepanjang tahun. Orang Uzbek
(kira-kira 25% dari populasi negeri itu) lebih berpeluang untuk bekerja
di luar negeri dibandingkan kebanyakan orang Tajikistan, sebab, sebagai
kaum minoritas, mereka jauh lebih kecil kemungkinannya untuk
mempertahankan pekerjaan yang hanya bergantung pada negara.
Mari kita berdoa:
- Agar anak-anak seperti Bilol akan mendengar berita menakjubkan tentang kasih Bapa dalam Yesus Kristus bagi mereka.
-
Agar para orang tua yang telah pergi ke luar negeri untuk mencari
pekerjaan berjumpa dengan pengikut Kristus yang akan menolong mereka di
tempat-tempat mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar