40 HARI MENGASIHI BANGSA DALAM DOA -- SENIN, 29 MEI 2017
AMERIKA UTARA YANG BERAGAM BUDAYA
“Saya
cinta Amerika,” demikian teriak Fatimah saat petugas penyeberangan
mengawal anak-anaknya dengan selamat ke seberang jalan ketika anak-anak
itu pulang dari sekolah, sebuah sekolah yang murid-muridnya berbicara
dalam lebih dari 4O bahasa.
Fatimah
bekerja pada malam hari, membersihkan kamar kecil di Bandara
Internasional O'Hare, Chicago. Suaminya, Muhammad, bekerja pada siang
hari di sebuah pabrik besar pengemas daging ayam, di mana suhu seperti
dalam kulkas membuatnya menggigil kedinginan sampai ke tulang. Mereka
berdua tidak menerima tunjangan pemerintah. Mereka menempati sebuah flat
di basement yang pengap. Saya pernah bertanya kepada Fatimah, bagaimana
mungkin dia bisa menyerukan kecintaannya kepada Amerika sementara ia
sendiri bekerja dan hidup dalam keadaan seperti ini.
Kemudian,
ia menceritakan kisahnya kepada saya: ia sempat menyaksikan ayah dan
saudara laki-lakinya terbunuh, dirinya sendiri tertembak, dan kemudian
masuk di camp pengungsian selama bertahun-tahun bersama keluarganya,
menunggu untuk bisa masuk ke Amerika Serikat. la mengatakan bahwa
baginya Amerika adalah sebuah taman Firdaus, sebuah negeri yang memberi
kesempatan, tempat ia dapat membesarkan anak-anaknya dengan aman.
Bangsa-bangsa
masih terus berdatangan ke Amerika Utara. Di kota Metropolitan New
York, terdapat jutaan penghuni keturunan asing. Setengah dari penduduk
Toronto tidak dilahirkan di Kanada. Dan, ini bukanlah kota-kota yang
terbesar saja. Pusat-pusat imigran yang berkembang pesat di Amerika
Utara terjadi di kota-kota menengah, seperti Nashville, yang penduduk
imigrannya mengalami pertumbuhan paling cepat pada tahun 2012 dan
merupakan tempat kediaman masyarakat Kurdi terbesar di Amerika.
Di
lingkungan kediaman Fatimah di Chicago, terdapat orang-orang Muslim
yang berasal dari Asia Selatan dan Asia Tengah, negara-negara Afrika,
Malaysia. Indonesia, dan negara-negara Timur Tengah. Toko-toko, aroma
rempah-rempah, dan restoran-restoran yang tersebar di jalanan membuat
Anda merasa seperti sedang berada di Kolkata atau Karachi. Saudara bisa
menyaksikan kaum laki-laki berduyun-duyun menuju ke masjid-masjid pada
waktu-waktu sembahyang. Sebagian besar orang Muslim murah hati dan ramah
ketika warga Amerika menyapa dan menyambut mereka, dan persahabatan
yang bermakna berkembang di antara mereka yang tetap menjalin
kebersamaan dengan orang-orang Muslim tersebut.
Mari kita berdoa:
- Supaya terjalin saling pengertian, saling menghargai, toreransi, dan kesatuan, di tengah keanekaragaman budaya mereka.
- Supaya ada integrasi/penyatuan yang damai di kalangan masyarakat yang datang dari berbagai wilayah di Amerika Utara.
-
Untuk orang-orang Kristen Amerika agar menyadari peluang yang ada untuk
membagikan kasih Kristus dengan tetangga Muslim mereka, baik dalam
perkataan dan perlakuan hidup mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar