Kita dipanggil untuk berdoa untuk membina hubungan yang intim dengan Tuhan dan berdoa bagi sesama kita sebagai bukti kasih kita pada sesama terutama yang terhilang dan tengah berbeban berat
Selasa, 14 Juli 2015
PENGIKUT RAJA DAMAI DITUNTUT UNTUK MENCIPTAKAN PERDAMAIAN DENGAN ORANG MUSLIM!
PENGIKUT RAJA DAMAI DITUNTUT UNTUK MENCIPTAKAN PERDAMAIAN DENGAN ORANG MUSLIM!
Oleh: Rick Love, Ph.D.
Juni lalu, saya mengajar tentang topik Penciptaan Perdamaian sebagai Misi Tuhan di Seminari Denver. John, seorang mahasiswa dari Kenya, bercerita tentang Al Shabaab, kelompok teroris yang mengerikan. Al Shabaab, aslinya berasal dari Somalia, telah masuk ke masjid-masjid di Kenya, berusaha untuk menggulingkan pemerintahan. Tampaknya, pikiran John begitu diliputi oleh rencana-rencana Al Shabaab yang jahat dan tak senonoh. Saya berusaha keras untuk memberikan jawaban, tetapi kemudian saya merasakan bimbingan Tuhan:
"Pertama, Saudara tidak bertanggung jawab untuk memikirkan bagaimana menghentikan Al Shabaab, John. Saudara bertanggung jawab untuk bekerja demi perdamaian di tempat Tuhan menempatkan Saudara. Tuhan telah memberikan kepada Saudara ruang lingkup tempat Saudara memiliki pengaruh. Mulailah dari sana. Doronglah orang-orang Kristen untuk menjangkau umat Muslim dalam kasih."
Berikutnya, saya katakan, "John, Saudara harus menemukan orang terpandang di kalangan Muslim yang cinta damai. Saudara harus bermitra dengannya untuk memenangkan hati dan pikiran sesama Muslim dan memalingkannya untuk menentang Al Shabaab."
Tanggapan yang saya sampaikan menekankan dua kunci yang akan menolong kita dalam menghadapi paham ekstremis yang keras dan mengusahakan perdamaian dengan orang Muslim.
1. Perdamaian berawal dari diri saya. Apa yang Tuhan ingin saya lakukan dalam pengaruh yang saya miliki?
Yesus mengatakan bahwa anak-anak-Nya akan menjadi pembawa damai (Matius 5:9), dan Paulus mengatakan bahwa menciptakan perdamaian itu luas cakupannya: "Jika mungkin, sejauh itu bergantung kepadamu, hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang." (Roma 12:18, lihat juga Ibrani 12:14) Itu benar, dengan semua orang, termasuk Muslim.
Thomas Davis pernah tinggal di Padang, Sumatera - Indonesia selama beberapa tahun yang lalu. Oleh karena itu, baru-baru ini, ia diundang untuk berbicara di Universitas Muhammadiyah di sana. Ia memulai ceramahnya dengan sebuah permintaan maaf. "Saya datang dari Amerika untuk meminta maaf karena kami orang Kristen Amerika tidak mengasihi tetangga-tetangga Muslim kami di Amerika seperti yang diperintahkan Yesus untuk kami lakukan." Orang banyak yang tercengang, duduk dengan tak sabar menantikan apa yang akan mereka dengar selanjutnya.
Thomas menyampaikan pengajaran Yesus tentang kasih dan pendamaian, dengan menyoroti hal-hal yang telah gagal dilakukan oleh pengikut Yesus di Amerika. Kemudian, ia melanjutkan dengan menyampaikan kabar baik. "Di Amerika, ada peningkatan jumlah orang Kristen -- yang sama seperti kami di Peace Catalyst International -- yang ingin hidup sesuai dengan ajaran Yesus tersebut." Ia menjelaskan bagaimana ia melaksanakan hal itu dengan memberikan contoh-contoh praktis yang diambil dari apa yang ia lakukan sendiri dalam menciptakan perdamaian dengan kaum Muslim di Raleigh.
Ketika Thomas selesai berbicara, seorang Profesor Muslim dari universitas lain berdiri dan menyampaikan sebuah tantangan yang membangkitkan semangat: "Thomas datang dari Amerika untuk membawa pesan dari Tuhan. Ia dan rekan sekerjanya memberikan teladan bagi orang Muslim Indonesia sebuah cara hidup yang lebih baik. Orang Muslim Indonesia harus belajar memperlakukan orang Kristen Indonesia dengan sikap yang baik dan hormat. Kita perlu mengikuti teladan Thomas dalam melayani kaum minoritas, bersedia belajar dari mereka dan membangun persahabatan dengan mereka.
Thomas sekadar berusaha untuk setia dan menceritakan kisah yang dialaminya. Ia bekerja untuk perdamaian di lingkup tempat ia mempunyai pengaruh. Hasilnya? Kisah yang dialaminya telah menanamkan benih bagi perdamaian dan kebebasan beragama yang lebih lapang di Indonesia.
2. Orang-orang Kristen perlu menjalin kemitraan dengan umat Muslim untuk menghadapi terorisme dan memajukan kebebasan beragama.
Douglas Johnston dan organisasinya, the International Center for Faith and Diplomacy (www.icrd), bermitra dengan umat Muslim untuk memajukan kebebasan beragama dan menghadapi terorisme di Pakistan.
Selama sepuluh tahun terakhir, mereka bekerja sama dengan para pemimpin Muslim di madrasah-madrasah (sekolah-sekolah agama) untuk mengembangkan kurikulum mereka supaya mencakup hal-hal selain kajian Alquran. Mereka melibatkan lebih dari 1.611 madrasah: memperluas kurikulum mereka hingga mencakup sains, serta penekanan pada toleransi agama dan hak-hak azasi manusia.
Johnston dengan bijak menulis, "Bom hanya akan memunculkan teroris-teroris baru melalui lingkaran dendam yang tambah parah. Pendidikan, pada sisi lain, mengeringkan rawa paya ekstremisme dan menyiapkan hari depan yang lebih baik bagi anak-anak Pakistan (dan secara tidak langsung bagi diri kita sendiri juga)." (Evangelical Peacemakers diedit oleh David Gushee, 2013. hlm. 57 -- http://amzn.to/Ufl1HL.)
Pikirkan hal ini: orang Kristen dan Muslim merupakan separuh lebih penduduk dunia. Jika tidak ada perdamaian antara orang Kristen dan orang Muslim tersebut, mustahil ada perdamaian di dunia ini.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar