Apakah doa dapat mengubah segala sesuatu? Apakah berbicara kepada Tuhan memberikan dampak atas apa pun yang terjadi? Jika kita sakit,
apakah meminta kepada Tuhan untuk menyembuhkan kita membuat perbedaan
atau kita menjadi lebih baik? Jika seorang teman telah menolak Tuhan,
apakah ada gunanya berdoa untuk keselamatannya? Ini bukan sekadar pertanyaan-pertanyaan teologis. Kepercayaan kita pada Tuhan yang dipertaruhkan. Di satu sisi, Alkitab
meyakinkan kita bahwa Tuhan menjawab doa. Di sisi lain, mengajarkan
bahwa Allah adalah Tuhan yang berdaulat, yang mengetahui dan mengatur
segala sesuatu menurut kehendak-Nya yang sempurna.
Jadi,
kita bertanya lagi: Apakah doa benar-benar mengubah kehendak Allah?
Apakah itu benar-benar memengaruhi apa yang terjadi dalam hidup kita dan
dunia? Atau, apakah itu hanya memengaruhi kita secara rohani ketika
kita mengucapkan terima kasih dan ketergantungan
kepada Tuhan? Orang-orang Kristen sungguh-sungguh bergumul dengan
masalah ini. Kadang-kadang, kita menyimpulkan bahwa doa menguatkan jiwa
kita, tetapi tidak mengubah dunia. Apa pun yang akan terjadi akan terjadi, entah kita berdoa atau tidak. "Que sera sera" (istilah bahasa Spanyol yang berarti apa yang akan terjadi, terjadilah - Red.).
Apakah Doa Mengubah Segala Sesuatu?
Sepintas
lalu, hal ini adalah pertanyaan konyol atau pasir hisap teologis yang
dapat menelan iman kita. Doa itu tentu saja efektif. Alkitab mengatakan
demikian berulang-ulang dan memberikan banyak contoh. "Doa yang lahir dari iman akan menyelamatkan orang sakit itu .... Doa orang benar sangat besar kuasanya." (Yak. 5:15-16) Yesus sendiri berkata, "Jika kamu meminta sesuatu dalam nama-Ku, Aku akan melakukannya." (Yoh. 14:14) Dia meyakinkan kita bahwa Bapa kita di sorga akan memberikan yang baik kepada orang-orang yang meminta kepada Dia (Mat. 7:11). Dalam Keluaran 32, tampaknya doa Musa bahkan membuat Tuhan mengubah pikiran-Nya (ayat 14):
Allah mengancam akan membinasakan Israel, dan Musa berdoa agar Dia
tidak melakukannya. Alkitab tidak disangkali mengajarkan bahwa doa dapat
membuat perbedaan. Jadi, mengapa kita masih bertanya-tanya?
Seandainya Doa Itu Cukup Baik
Satu alasan mungkin menjadi syarat dan kualitas doa yang didaftarkan Kitab Suci.
Rupanya, Tuhan tidak menjawab sembarang doa. Doa tersebut haruslah
jenis doa yang tepat -- doa di dalam nama Yesus, doa yang sesuai dengan kehendak Allah, doa orang benar, atau doa yang disampaikan dalam iman yang benar. Jika iman dapat memindahkan gunung
dan doa-doa saya bahkan tidak berdampak apa pun, mungkin saya tidak
benar-benar memiliki iman. Jika doa-doa orang benar efektif dan saya
tidak, mungkin doa saya tidak benar. Mungkin, saya sama sekali tidak
selaras dengan kehendak Allah. Kita khawatir bahwa doa kita tidak
berarti karena doa-doa kita tidak cukup baik.
Namun, Alkitab meyakinkan kita bahwa Allah mendengar doa-doa kita sesuai dengan kasih karunia-Nya dan bukan karena kita layak. Roma 8:26-27 sangatlah menghibur: "Roh
membantu kita dalam kelemahan kita; sebab kita tidak tahu, bagaimana
sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita, sesuai
dengan kehendak Allah". Kasih Allah dalam Yesus Kristus begitu indah
sehingga tidak hanya menghapus dosa-dosa kita, tetapi juga memasukkan
doa kita yang lemah dan keliru dengan kualitas dan isi yang menyenangkan
Tuhan. Doa kita diterima dengan sempurna oleh Bapa melalui Kristus dan Roh Kudus.
Doa yang benar memang perlu agar sampai kepada Allah, dan oleh kasih
karunia-Nya kita secara teratur mendoakannya. Jadi, keraguan diri
seharusnya tidak membuat kita bertanya-tanya apakah doa dapat mengubah
segala sesuatu.
Namun, Kehendak Tuhanlah yang Berkuasa
Alasan
yang lebih mendalam untuk bertanya-tanya apakah doa kita membuat
perbedaan adalah penekanan Alkitab tentang kebesaran Allah dan kekuatan
kehendak-Nya. Penghormatan atas kedaulatan Allah dalam penciptaan dan
penebusan merupakan karakteristik yang mendalam dan meluas dari iman
Kristen (Reformed). Kehendak Allah pada akhirnya menetapkan segalanya, termasuk tujuan kekal kita. Efesus 1 dan Roma 8 mengajarkan bahwa Allah telah menentukan dan mengatur "segala sesuatu" dengan providensia dari sebelum dunia dijadikan sampai tujuan akhir mereka dalam Yesus Kristus. Para teolog menyebut ini "ketetapan abadi Tuhan". Bagaimana mungkin doa dapat mengubah apa yang telah Allah kehendaki "sebelum dunia dijadikan" (Efesus 1)?
Terlebih lagi, Alkitab menekankan doa yang sesuai dengan kehendak Allah. Paulus berulang kali meminta agar "duri dalam dagingnya" diambil, tetapi Tuhan tidak mengambilnya (2 Kor. 12:7). Yesus sendiri pada malam sebelum disalibkan berdoa, "Ya
Bapa-Ku, jikalau Engkau mau, ambillah cawan ini dari pada-Ku; tetapi
bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi" (Luk. 22:42).
Rupanya, Tuhan tidak menjawab doa kita jika doa kita tidak sesuai
dengan kehendak-Nya. Namun, bahkan jika doa kita sesuai dengan
kehendak-Nya, apakah doa membuat perbedaan? Jika kehendak Allah sudah
tetap, bagaimana sesuatu dapat mengubah pikiran atau mengubah
rencana-Nya? Dan, jika tidak ada yang dapat mengubah rencana Allah, doa
tidak dapat mengubah rencana Allah. Jadi, kita dapat menyimpulkan: "Tidak. Doa tidak mengubah segala sesuatu. Berbicara kepada Allah tidak memengaruhi bagaimana segala sesuatu berubah".
Melihat Gambaran yang Lebih Besar
Ke sinikah teologi Reformed
membawa kita? Apakah ajarannya memaksa kita untuk menyangkali salah
satu ajaran Alkitab (bahwa doa itu efektif) untuk menegaskan yang lain
(bahwa Allah berdaulat)? Apakah doktrin kita melemahkan jaminan bahwa Tuhan mendengar dan menjawab
kita? Dapatkah kita percaya bahwa doa adalah komunikasi yang nyata dan
bukan hanya ritual sia-sia? Atau, haruskah kita tidak memercayai bahwa
Allah akan mengubah segala sesuatu karena kita meminta kepada-Nya?
Tidak
ada teologi manusia yang dapat menangkap, menyelaraskan, dan sepenuhnya
menjelaskan segala sesuatu yang Alkitab ajarkan. Akan tetapi, teologi
yang baik dan dapat dipertahankan berusaha menjelaskan sedekat mungkin
secara manusiawi. Yang terbaik dari teologi Reformed adalah memberikan
cara untuk menegaskan baik kedaulatan
Allah dan komunikasi yang tulus maupun efektivitas doa dari
anak-anak-Nya. Namun, dalam penghormatan yang penuh sukacita, kita
mengakui bahwa kita tidak dapat menjelaskan bagaimana: "Tuhan mengerjakan perbuatan-perbuatan-Nya yang ajaib dengan cara yang misterius".
Rencana Allah bagi sejarah mencakup segala sesuatu yang terjadi dari awal sampai akhir dunia. Ia mengetahui dan secara providensia
menopang urutan, koneksi, penyebab, dan konsekuensi dari segala sesuatu
dan semua peristiwa. Allah menghendaki mereka dalam arti bahwa inilah
hal-hal yang terjadi di dunia yang telah Dia pilih di dalam Kristus
untuk diciptakan, ditebus, dan digenapi. Jadi, "tidak sehelai rambut pun jatuh dari kepala saya di luar kehendak Bapa yang ada di sorga", sebagaimana diajarkan oleh Katekismus Heidelberg.
(Tuhan tidak menghendaki segala sesuatu dalam arti menyetujui dosa dan
kejahatan. Namun, sebaliknya, Ia mengizinkan hal-hal tersebut.) Doa-doa
kita dan hal-hal yang kita doakan adalah bagian dari sejarah ini.
Akan
tetapi, apakah Allah benar-benar mendengar dan menjawab doa? Apakah
kita benar-benar terhubung dengan Dia? Pemeliharaan Allah tidak
menjadikan Dia sebagai Pengamat netral yang jauh. Bahkan, justru
sebaliknyalah yang benar. Allah itu kekal dan mahahadir -- "hadir di mana saja". Setiap makhluk dan setiap peristiwa di sepanjang waktu dan tempat sepenuhnya diketahui Allah. Dia "lebih dekat daripada tangan dan kaki" di sepanjang hidup kita, termasuk ketika kita berdoa. Allah tidak hanya mendengarkan seperti yang dilakukan oleh manusia yang berempati
-- pertama-tama, mengetahui kebutuhan kita, kemudian memutuskan
bagaimana cara menolong. Pengetahuan, kasih, pemahaman, dan respons-Nya
nyata, bahkan jauh sebelum kita memanjatkan doa-doa kita, nyata ketika
kita berdoa, dan nyata-nyata lama setelah kita melupakannya.
Namun,
apakah doa membuat perbedaan -- memengaruhi hasil akhir? Tentu saja.
Jika Allah mengetahui dan menghendaki segala sesuatu, Ia mengetahui dan
menghendaki doa orang-orang dan keadaan yang kita doakan. Dalam rencana
Tuhan, doa-doa kita dapat menjadi mata rantai yang penting dalam suatu
rangkaian peristiwa. Jika saya sakit, berdoa untuk kesembuhan,
kemudian menjadi lebih baik -- urutan ini adalah bagian dari rencana
Allah. Mengapa tidak mungkin hal ini merupakan rencana-Nya untuk
menyembuhkan saya karena saya berdoa? Tuhan dapat memutuskan bahwa doa
saya adalah alasan-Nya menyembuhkan saya sama seperti Tuhan dapat
menghendaki bahwa pengobatan medis adalah alat yang Ia gunakan. Allah
bisa saja menyembuhkan saya walaupun saya tidak berdoa atau tidak
menyembuhkan saya walaupun saya berdoa. Akan tetapi, adalah kehendak
Allah yang kekal kalau saya sakit, saya berdoa, dan saya sembuh karena
saya berdoa. Doa saya tidak menyembuhkan saya; Allah yang melakukannya
-- jawaban
nyata atas doa. Kehendak Allah dan doa yang efektif tidak bertentangan.
Mereka berjalan beriringan. Doa kita benar-benar penting!
Namun,
apakah doa-doa tersebut mengubah sesuatu? Dapatkah kita mengubah
pikiran Tuhan? Di satu sisi, tidak; tetapi di sisi lain iya. Ketetapan
Allah yang kekal -- rencana providensia-Nya atas sejarah -- tidak
berubah. Jika rencana Allah tidak mencakup penyembuhan saya, Ia tidak
akan menyembuhkan saya. Jika kedatangan Kristus dijadwalkan tahun 2020,
tidak ada sejumlah doa yang akan membuatnya lebih cepat. Akan tetapi,
dari sudut pandang manusia, segala sesuatu dapat berubah tanpa diduga
karena kita berdoa. Jika dokter
saya mengatakan penyakit saya tidak akan dapat disembuhkan, saya
mungkin tidak mengharapkan kesembuhan. Namun, Tuhan mungkin menyembuhkan
saya secara ajaib karena doa. Tuhan mengatakan kepada Musa bahwa Ia bermaksud menghancurkan Israel, Musa berdoa syafaat,
dan Tuhan tidak menghukum mereka. Interaksi itu nyata. Permohonan Musa
adalah alasan Allah mengalah. Akan tetapi, Tuhan selalu mengetahui dan
menghendaki agar hal itu terjadi. Tuhan bukanlah manusia yang dapat kita
ajak bicara untuk mengembangkan strategi-Nya.
Doa
dan perbuatan kita dapat membuat perbedaan! Kita bahkan dapat berdoa
untuk keselamatan seseorang yang tidak mengasihi Tuhan. Tuhan mungkin
menjawab dengan memberikan hati yang baru kepada orang tersebut -- kelahiran baru rohani.
Bahkan, Ia mungkin menggunakan perkataan dan perbuatan kita sebagai
alat perubahan! Keselamatan adalah hanya karena kasih karunia Allah yang
berkuasa, bukan doa-doa, kata-kata, atau perbuatan kita. Namun, Allah
tentu ingin menggunakannya untuk membangun gereja-Nya dan mendatangkan
kerajaan-Nya. Predestinasi tidak membuat doa dan tindakan kita sia-sia. Jika Allah menghendaki akhirnya, Dia juga menghendaki caranya.
Doa dan perbuatan kita benar-benar membuat perbedaan! Kiranya Tuhan mengajar kita untuk berdoa secara efektif, sesuai dengan kehendak-Nya.
Diterjemahkan dari: | ||
Nama situs | : | Christian Classics Ethereal Library |
Alamat URL | : | http://www.ccel.org/node/13396 |
Judul asli artikel | : | Can Prayer Really Change Things? |
Penulis artikel | : | John Cooper |
Penerjemah | : | Jing-Jing |
Tanggal akses | : | 24 Maret 2015 |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar