Kamis, 10 Juni 2010

Kehidupan Doa


BULETIN DOA - Edisi Juni 2010, Vol.02 No.16 -- Kehidupan Doa

______________________________e-Doa___________________________________
(Sekolah Doa Elektronik)
______________________________________________________________________
DAFTAR ISI

EDITORIAL
ARTIKEL DOA: Penglihatan dalam Kemuliaan: Doa
TOKOH DOA: Ezra: Tobat Nasional
STOP PRESS: KADOS (Kalender Doa SABDA)
______________________________________________________________________
EDITORIAL

Shalom,

Jika ada seseorang yang bertanya seberapa pentingkah doa bagi
kehidupan Anda, apa jawab Anda? Mungkin jawabannya adalah doa
merupakan bagian yang teramat penting bagi kehidupan kita. Bahkan,
doa sering diibaratkan sebagai nafas kehidupan. Namun, apakah kita
benar-benar menikmati "nafas" kehidupan ini? Kebanyakan orang tidak
dapat menikmatinya karena berbagai macam faktor. Salah satunya
karena mereka tidak tahu betapa pentingnya doa itu. Nah, untuk
mengetahui mengapa doa itu begitu penting, kami mengajak Anda untuk
menyimak artikel yang telah kami persiapkan.

Pimpinan Redaksi e-Doa,
Novita Yuniarti
< novita(at)in-christ.net >
http://doa.sabda.org
http://fb.sabda.org/doa
______________________________________________________________________
ARTIKEL DOA

PENGLIHATAN DALAM KEMULIAAN: DOA

Banyak dari kita yang mengharapkan terjadinya pertemuan pribadi
dengan Allah, tetapi kita ingin agar pertemuan itu terjadi sesuai
dengan kehendak kita. Kita menginginkan lawatan Allah, tetapi kita
menolak untuk naik ke tempat kediaman-Nya. Kita menginginkan tempat
kediaman-Nya, tetapi apakah kita menyadari apa yang terlebih dahulu
Ia minta dari kita? Sebelum setiap nabi dalam Perjanjian Lama
membawa pesan penghakiman kepada suatu bangsa yang dapat
mendatangkan perubahan, mereka menerima penglihatan dari Takhta
Allah dan tempat kemuliaan Allah. Hari ini, kita pun banyak yang
merindukan lawatan Allah, tetapi kita belum mengalami pertemuan
dengan Takhta Allah. Kita rindu agar Allah membawa "turun"
Takhta-Nya, tetapi kita tidak mau naik ke tempat Ia berada, untuk
melihat Pribadi-Nya yang sesungguhnya.

Kitab Wahyu adalah contoh yang baik dari hal ini. Ketika Yohanes,
berada di Pulau Patmos, gereja pada saat itu sedang mengalami
kemerosotan. Penginjilan menurun, gereja patah semangat, dan mereka
telah kehilangan fokus -- hampir sama dengan kondisi kita pada hari
ini. Yohanes menerima kunjungan ilahi untuk naik [ke surga] dan
melihat hal-hal yang akan terjadi. Kita melihat bahwa Yohanes sedang
berada dalam Roh dan berada pada Hari Tuhan. Yohanes telah
mengkhususkan suatu waktu bagi Tuhan; ia menghormati hari Sabat.
Ketika ia datang dengan kerendahan hati di hadapan-Nya, ia pun
mengalami kunjungan ilahi. Kunjungan ilahi yang sama tersedia bagi
kita hari ini. Ketika Yohanes mendekat dan memasuki Takhta Allah dan
memandang keindahan Allah, ia melihat lautan kaca, takhta suci, 24
tua-tua, dan ia melihat Anak Domba yang layak mengambil gulungan
Kitab serta membuka meterainya. Pengajaran tentang Takhta Allah
adalah suatu topik tersendiri, tetapi yang saya ingin tunjukkan
dalam hal ini adalah bahwa Yohanes menjawab panggilan dari kunjungan
ilahi tersebut untuk naik ke tingkat yang lebih tinggi dari yang
pernah ia lakukan sebelumnya. Ketika ia menanggapinya, ia melihat
hal-hal yang kita baca dalam kitab Wahyu.

Ketika kitab Wahyu diberikan kepada gereja setelah pertemuan ilahi
ini, gereja disegarkan dengan api yang baru dari surga. Gereja
memahami bahwa mati bagi Injil merupakan hikmat Allah, daripada
bertahan dalam penderitaan zaman ini. Injil tersebar, gereja
disegarkan, penginjilan meledak kembali, dan kehidupan Allah nampak
dalam hidup orang-orang percaya. Hari ini, berapa banyak dari kita
yang sungguh-sungguh mengalami pertemuan ilahi seperti yang dialami
Yohanes, yang mencangkokkan kehidupan Roh ke dalam gereja dan
pelayanan? Berapa banyak dari kita yang telah menyediakan waktu
untuk memasuki tempat doa untuk mencari wajah-Nya sampai Ia menjawab
kita? Tanpa penglihatan akan kemuliaan, pesan yang kita beritakan
tidak lengkap dan kita tidak dapat memberitakan pesan tersebut
dengan pemahaman penuh. Saya percaya bahwa inilah salah satu tempat
yang tidak dimiliki oleh gereja dan sangat dibutuhkan gereja saat
ini, yaitu memasuki tempat doa dan menerima penglihatan akan
kemuliaan. Kita memberitakan sebuah pesan meskipun kita tidak dapat
sungguh-sungguh menjawab pertanyaan yang ada dalam hati banyak
manusia, sebab kita sendiri belum mengalami hal-hal tersebut.

Pertemuan berikutnya yang kita lihat tentang Betania, tempat
kediaman Yesus, menunjukkan penglihatan akan kemuliaan Allah di
Bukit Zaitun, yang sesungguhnya berada di sebelah Betania. Bukit
Zaitun yang berada hanya 1 atau 2 mil di luar Betania tersebut
menghalangi sebagian Betania. Bukit tersebut adalah tempat pohon
zaitun bertumbuh. Itu adalah tempat matahari menyinari
cabang-cabangnya agar bertumbuh dan menghasilkan buah. Itu juga
merupakan tempat Bapa menyinarkan wajah-Nya kepada Anak dan
menghasilkan buah khusus yang melimpah. Di sinilah pertemuan yang
berikutnya untuk membangun sebuah tempat kediaman tersingkap. Kita
menemukan pertemuan ini dalam Lukas 9, yang secara umum disebut
sebagai kejadian Yesus dimuliakan di atas gunung. Para murid diminta
untuk pergi bersama Yesus dan berdoa. Yesus menyelinap dari
kesibukan-Nya dan Ia ingin agar murid-murid-Nya mengalami sukacita
dan kenikmatan dari doa. Dalam Yesaya 56:7, "mereka akan Kubawa ke
gunung-Ku yang kudus dan akan Kuberi kesukaan di rumah doa-Ku. Aku
akan berkenan kepada korban-korban bakaran dan korban-korban
sembelihan mereka yang dipersembahkan di atas mezbah-Ku, sebab
rumah-Ku akan disebut rumah doa bagi segala bangsa."

Ketika Yesus membawa murid-murid ke Bukit Zaitun, Ia memberikan
kepada mereka kunjungan ilahi yang kemudian dijawab oleh Yohanes
tentang naik ke tempat yang lebih tinggi dan melihat hal-hal yang
akan datang. Para murid memperoleh kesempatan untuk naik ke Gunung
Allah yang kudus dan di sana mereka dapat mengalami sukacita doa.
Meskipun demikian, ketika Yesus meluangkan waktu bercakap-cakap
dengan Bapa, para murid tertidur. Hari ini, tampaknya banyak gereja
sedang tertidur, dan kita harus dibangunkan untuk dapat
sungguh-sungguh melihat dan memahami apa yang Allah kerjakan pada
saat ini. Yesus dan Bapa sedang berada di tengah percakapan ilahi
pada saat ini di gunung yang kudus. Kira-kira, apakah yang Mereka
katakan?

Ketika para murid akhirnya bangun, mereka melihat wajah Yesus
berubah. Alkitab berkata bahwa Ia bersinar, yang diterjemahkan
sebagai "seperti dibungkus oleh terang" [TB: putih bersinar seperti
terang, Red.]. Saya percaya, ketika kebangunan rohani dan
kebangkitan datang, kedua hal tersebut akan terjadi secara tiba-tiba
di dalam gereja. Mata kita akan terbuka dan kita akan melihat Yesus
bersinar seperti terang di hadapan kita. Terang Injil dan pewahyuan
akan Yesus ini akan meliputi kita sepenuhnya. Inilah kebenaran kita
yang bersinar sebagai keselamatan kita, menyala seperti Anak Domba
(Yesaya 62:1). Keselamatan kitalah yang mengakibatkan terang itu.
Kebenaran kitalah yang menangkap refleksi dari api keselamatan.
Refleksi inilah yang dilihat oleh orang lain. Mereka tidak dapat
sungguh-sungguh melihat keselamatan kita; mereka melihat buahnya,
sama seperti buah zaitun menyatakan karya yang tak terlihat dari
cabang-cabangnya. Pada pertemuan di atas gunung ini, para murid
mengalami hal yang sama seperti yang Yohanes alami. Mereka semua
melihat dan mendengarkan kemuliaan Allah dinyatakan dalam saat-saat
doa ini. Pertemuan semacam inilah yang mengubah kita selamanya.

Doa menjadi bagian penting dalam setiap kebangunan rohani, sebab
dengan berdoa hati kita diubahkan. Doa adalah tempat kerinduan batin
diwujudkan. Doa adalah tempat setiap orang percaya diubahkan dan
mendengar serta melihat alam kemuliaan. Doa adalah kunci dalam
melepaskan mukjizat-mukjizat yang kita lihat dalam kebangunan
rohani. Doa adalah pintu yang terbuka dari alam kemuliaan yang
sangat kita rindukan. Tanpa doa, tidak ada tempat kediaman Allah
sebagai tempat bercakap-cakap. Untuk memiliki percakapan, Anda harus
dekat dengan seseorang agar dapat berbicara dengannya dan
mendengarkannya. Doalah yang mengundang Allah untuk mendekat.

Mungkin kita rindu agar orang lain dan bukan kita sendiri yang
mendoakan kita. Mungkin kita rindu agar pemimpin kita yang membuka
jalan. Setiap orang percaya harus memanfaatkan kesempatan untuk
mendekat kepada Allah, walaupun sebagai pemimpin kita harus memimpin
jalan ke dalam waktu doa. Setiap orang percaya memiliki kemampuan
untuk membangun tempat kediaman Allah. Hal-hal lainnya yang kita
lihat dari pertemuan di gunung Transfigurasi [tempat Yesus berubah
rupa, Red.] adalah bahwa hal itu terjadi untuk orang-orang lingkar
dalam. Ia mengajak Petrus, Yohanes, dan Yakobus, ketiga murid yang
terdekat dengan hati-Nya. Ia mengundang mereka ke tempat doa. Petrus
sangat tergerak oleh apa yang ia lihat sehingga ia berkata, "Guru,
betapa bahagianya kami berada di tempat ini. Baiklah kami dirikan
sekarang tiga kemah, satu untuk Engkau, satu untuk Musa, dan satu
untuk Elia" (Lukas 9:33), tanpa mengetahui apa yang sesungguhnya ia
katakan.

Kerinduan hati Petrus setelah ia mengalami saat doa ini, terlepas
dari kenyataan bahwa ia tertidur, muncul ketika ia melihat suatu
pandangan dari alam kemuliaan Allah dan manifestasi hadirat-Nya
sehingga ia tidak ingin pergi tetapi ingin menyembah. Ia ingin pergi
ke tempat ia dapat merasakan kedekatan [Allah] dan tidak ingin
pergi. Sering kali kita mengalami hal yang sama dalam penyembahan
atau doa kita -- seakan-akan Allah begitu dekat dan kita ingin
tinggal. Saat-saat seperti ini waktu terasa seperti berhenti, lalu
tiba-tiba saat-saat tersebut berlalu. Tuhan ingin agar kita lebih
dari sekadar tinggal. Ia ingin agar kita menjadi bagian dari apa
yang sedang Ia lakukan, dengan cara menikmati-Nya. Hal yang kita
butuhkan adalah meningkatkan dan memperbesar kapasitas kita bagi
Dia. Kita harus memperbesar fokus kita. Kita harus meningkatkan
kemampuan kita dalam doa dan menyembah. Lagipula, apakah kita
sekadar mengejar lawatan-Nya ataukah kita ingin berdiam?

Setelah Petrus berbicara, awan kemuliaan datang dan menaungi mereka.
Banyak kali, Allah datang dan jalan-jalan-Nya lebih tinggi daripada
jalan-jalan kita dan rancangan-Nya menyatakan sesuatu yang sama
sekali berbeda dari apa yang kita rancangkan. Ayat tersebut berkata
bahwa awan kemuliaan datang dan menaungi mereka. Kata menaungi
berarti "membungkus atau membayangi". Kata itu berasal dari bahasa
Yunani yang berarti "bayangan yang terjadi karena menangkap terang"
atau "sebuah gambaran disebabkan oleh obyek yang melambangkan bentuk
dari obyek tersebut". Awan yang menaungi mereka, kemuliaan Allah,
berada pada sisi belakang dan merefleksikan awan yang memancarkan
bayangan tersebut kepada mereka. Dan Alkitab berkata bahwa mereka
menjadi takut ketika mereka masuk ke dalam awan itu. Ketika kita
memasuki hadirat Allah yang sejati, takut akan Tuhan akan
mencengkeram hati kita.

Banyak dari apa yang kita sebut sebagai kemuliaan Allah atau awan
kemuliaan Allah sesungguhnya hanyalah refleksi dari kecemerlangan
Allah yang terlihat, dan bukan diri-Nya sendiri. Kita begitu takjub
oleh karena urapan yang segar atau tingkat urapan yang lebih dalam
sehingga kita mengacaukan antara urapan dengan kemuliaan. Kita
merasa puas dengan urapan, sementara yang Tuhan ingin berikan adalah
kemuliaan. Urapan bertujuan untuk memenuhi kebutuhan umat, tetapi
kemuliaan adalah untuk menyatakan hadirat-Nya. Urapan adalah bagi
bagian luar rumah, kemuliaan bagi bagian dalamnya. Kemuliaan Allah
turun dan manifestasi hadirat Allah datang, takut akan Allah akan
mencengkeram hati manusia dan kita akan tahu pasti bahwa mereka baru
saja bertemu Yesus. Kesaksian mereka akan menjadi lebih dalam, pesan
yang keluar lewat hidup mereka akan semakin besar, dan datang kepada
Allah dalam doa akan menjadi suatu sukacita. Inilah yang terjadi
dalam hidup orang-orang yang telah melihat dan mengalami penglihatan
akan kemuliaan semacam ini.

Para murid memiliki kesimpulan yang sama dengan Yohanes Pembaptis
bahwa Yesuslah Kristus, Dialah Anak Allah, dan Dialah yang
[dinubuatkan] akan datang. Pewahyuan semacam ini hanya terjadi
kepada mereka yang sungguh-sungguh mencari kebangunan rohani. Doa
atau komunikasi ilahi memampukan kita untuk melihat keindahan
kekudusan dan memasuki iman yang sejati. Tidak ada orang banyak yang
ditambahkan di sini; inilah tempat rahasia dari kebangunan rohani.
Inilah tempat doa. Inilah karya tersembunyi yang tetap tidak
terlihat. Inilah tempat tanda-tanda ajaib dan mukjizat dilahirkan.
Ketika mereka turun dari Bukit Zaitun, Petrus, Yakobus, dan Yohanes
tidak menceritakan kepada siapa pun apa yang terjadi. Keesokan
harinya ketika mereka turun untuk menunjukkan bahwa mereka telah
melewatkan sepanjang malam dalam doa, orang banyak
berbondong-bondong menantikan mereka di kaki bukit.

Kehidupan tanpa doa adalah kehidupan tanpa kuasa. Dalam Lukas 9:38-42,
Yesus bertemu dengan seseorang yang memiliki anak yang kerasukan
setan. Pria tersebut menjelaskan bahwa mendadak anaknya berteriak
dan roh tersebut mengguncang-guncangkannya sehingga mulutnya berbusa
dan roh itu menyiksa dia. Ia telah meminta kepada murid-murid-Nya
untuk mengusir roh itu tetapi mereka tidak dapat. Lalu Yesus
berkata, "Hai kamu angkatan yang tidak percaya dan yang sesat,
berapa lama lagi Aku harus tinggal di antara kamu dan sabar terhadap
kamu? Bawa anakmu itu kemari!" (ayat 41) Ia mengusir setan itu
keluar.

Para murid dihardik, Ia menyebut mereka tidak percaya dan sesat.
Mereka baru saja mengalami Bukit Zaitun, tempat doa. Hal yang Yesus
maksudkan adalah bahwa mereka harus melewatkan waktu dalam doa jika
mereka ingin memiliki kuasa untuk mengalahkan segala sesuatu yang
akan menyerang serta melawan mereka dan orang-orang. Iman timbul dan
selalu bergantung pada pemahaman dan penerimaan kita akan
pengampunan ketika kita bertobat. Jika kita tidak memiliki keyakinan
dalam hal ini, bagaimana mungkin kita dapat melangkah lebih jauh
untuk mengusir setan?

Bukit Zaitun memiliki tipologi lain di dalamnya. Semak-semak zaitun
tumbuh di sisi bukit agar memperoleh sinar matahari paling banyak
agar hidup dan bisa menghasilkan buah zaitun yang paling besar.
Zaitun itu lalu dipetik dan diperas dan menghasilkan minyak zaitun.
Sering Allah membuat kita pergi ke tempat yang disinari terang-Nya,
sebab kerinduan-Nya adalah mengirik kita agar minyak atau urapan
tersebut dapat mengalir dari hidup kita. Dalam doa sering kali
terjadi pemerasan dari hal-hal yang akan melawan kita. Hal itu
memampukan kita untuk berjalan dalam urapan yang lebih besar dan
memampukan urapan Allah yang telah ada menyatakan diri. Sama seperti
zaitun yang tidak memiliki nilai sampai ia diperas, sebab yang
dicari adalah minyak yang ada di dalamnya, hal yang sama juga yang
Allah cari dari hidup kita. Karunia-karunia dan hal-hal yang
tersembunyi yang telah Ia taruh dalam hidup kita dan urapan yang
belum terpakai harus bangkit ke permukaan. Allah rindu melakukannya.
Ia rindu urapan tersebut bertambah dalam hidup kita.

Mungkin kita harus pergi ke tempat yang lebih tinggi terlebih dahulu
sebelum kita melihat lawatan turun. Mungkin kita harus memahami dan
memiliki takut akan Allah seperti yang dimiliki oleh mereka yang
berada di gunung tempat Yesus dimuliakan, agar ketika Allah
menyatakan diri dalam ibadah-ibadah kita dan melakukan hal-hal yang
dahsyat, kita tidak akan mencuri kemuliaan tersebut bagi diri kita
sendiri, tetapi memuliakan dan menyukakan Dia, sebab kita tahu bahwa
segala yang kita miliki berasal dari-Nya. Bahkan urapan adalah
milik-Nya yang Ia titipkan pada kita. Dialah yang telah membawa
kehidupan atas kita. Dialah yang telah membawa kita pada kepenuhan
dari yang kita hidupi sekarang. Namun, kita tidak akan pernah
melihat kuasa mengalir melalui gereja sampai para pemimpin terlebih
dahulu pergi ke tempat tinggi, lalu umat mengikuti mereka. Kita
harus naik ke Bukit Zaitun dan melihat Yesus dimuliakan dalam hidup
kita, melihat Dia sebagaimana adanya Dia, memahami alam kemuliaan,
dan menerima penglihatan akan kemuliaan.

Diambil dan disunting dari:
Judul asli buku: The House of Bethany
Judul buku: 5 Kunci Kebangunan Rohani di Kota Anda
Judul artikel: Penglihatan dalam Kemuliaan: Doa
Penulis: Greg Crawford
Penerjemah: Leony Melina
Penerbit: Yayasan ANDI, Yogyakarta 2005
Halaman: 48 -- 58
______________________________________________________________________
TOKOH DOA

EZRA: TOBAT NASIONAL

Ezra bin Seraya adalah seorang ahli kitab yang mahir dalam Taurat
(Ezra 7:6; Nehemia 8:3). Ia memahami segala perintah dan ketetapan
Tuhan bagi orang Israel (Ezra 7:11). Ia juga seorang imam, pemimpin
doa dan ibadah (Ezra 7:11). Di Persia, tempat bangsa Israel dibuang,
Ezra dipercaya oleh raja Artahsasta (Artahsasta I) untuk menangani
kehidupan bangsa Israel. Kedudukannya di pemerintahan Persia
barangkali semacam Kepala Departemen Urusan Orang Yahudi.

Sama seperti raja Koresy dulu, Artahsasta sangat menghargai
orang-orang Israel yang tinggal di negerinya. Bahkan, ia mendorong
mereka untuk pulang dan membangun kembali bait Tuhan di Yerusalem.
Untuk itu, raja Artahsasta mengutus Ezra beserta rombongan
orang-orang Israel untuk pulang ke Yerusalem pada tahun 458 SM.

Raja Artahsasta memandang Ezra sebagai pemimpin atau pemuka bangsa
Israel. Karena itu, raja memfasilitasi perjalanan Ezra dan rombongan
Israel tersebut. Artahsasta sangat baik, ia memberi Ezra segala yang
diingininya (Ezra 7:6b). Raja memberikan banyak bantuan material dan
finansial untuk pembangunan Rumah Tuhan di Yerusalem (Ezra 7:20).
Dalam surat resminya, raja mengatakan bahwa ia telah memerintahkan
semua bendaharanya untuk membantu keuangan yang Ezra perlukan (Ezra
7:21).

Sebagai seorang pemimpin kepercayaan, Ezra diberi wewenang oleh raja
untuk mengangkat pemimpin-pemimpin lainnya. Artahsasta memberinya
tugas dan otoritas: "[H]ai Ezra, angkatlah pemimpin-pemimpin dan
hakim-hakim sesuai dengan hikmat Allahmu yang menjadi peganganmu,
supaya mereka menghakimi seluruh rakyat yang diam di daerah seberang
sungai Efrat, yakni semua orang yang mengetahui hukum Allahmu; ...."
(Ezra 7:25).

Kepemimpinan Ezra sendiri sangat menonjol di kalangan orang-orang
Israel yang merindukan tanah air mereka itu. Dengan penuh
kewibawaan, Ezra menghimpun orang-orang Israel dan memimpin mereka
untuk pulang (Ezra 7:28b).

Bangsa Israel menghormati Ezra sebagai seorang pemimpin dalam
pengajaran firman Tuhan. Mereka mengakui kepakaran Ezra dalam
[pengetahuan tentang] Taurat. Mereka menghormati urapan jawatan
sebagai pengajar yang Tuhan berikan kepada hamba-Nya itu. Setelah
pendirian tembok kota Yerusalem selesai, Ezra mengajarkan Taurat
kepada seluruh rakyat sehingga mereka menjadi sadar dan bertobat
(Nehemia 8:1-10:39).

Kehidupan Doanya

Ezra pastilah seorang pemimpin yang memiliki kehidupan doa yang
kuat. Alkitab mencatat bahwa tangan Tuhan melindunginya (Ezra 7:6c)
dan Allah begitu melimpahkan kemurahan atas kehidupan dan pelayanan
kepemimpinannya (Ezra 7:9). Orang yang dekat dan mengandalkan Tuhan
pasti diberkati-Nya secara khusus.

Kehidupan doa Ezra, dalam arti hubungan akrabnya dengan Tuhan,
dibangun di atas dasar firman Tuhan. Ezra memiliki tekad yang sangat
kuat untuk meneliti Taurat Tuhan (Ezra 7:10). Ezra melakukan
penyelidikan itu tidak semata-mata sebagai sebuah studi atau riset
ilmiah karena ia seorang pakar Taurat, tetapi juga sebagai
perenungan atau meditasi rohani sehari-hari karena ia seorang imam.

Belakangan ini banyak pemimpin Kristen mengambil studi lanjut (S-2
atau S-3) di bidang teologi, baik teologi sebagai ilmu murni ataupun
ilmu terapan. Tetapi, sering kali pendalaman firman Tuhan melalui
studi seperti itu hanya untuk menambah ilmu dan tingkat kemampuan
akademis, tidak ada hubungannya dengan kehidupan doa. Seorang
pemimpin Kristen juga harus menyelidiki firman Tuhan sebagai sebuah
perenungan atau meditasi rohani melalui doa dan saat teduh setiap
hari.

Sebelum memimpin bangsa Israel pulang ke Yerusalem, Ezra melakukan
tindakan berikut ini: "Aku menguatkan hatiku, karena tangan Tuhan,
Allahku, melindungi aku" (Ezra 7:28b). Ezra memantapkan hati,
pikiran, dan mental, sebelum menjalankan kepemimpinannya. Dari
kalimat itu, tampak bahwa Ezra memohon kekuatan yang dari Tuhan.
Demikian juga pemimpin Kristen masa kini, Roh Kudus akan memberi
kekuatan mental melalui doa-doa yang kita naikkan.

Spirit doa Ezra sangat terlihat dari tindakannya menggerakkan umat
Israel untuk berdoa puasa secara massal. Karena telah memperoleh
banyak harta serta dukungan moral dari raja Artahsasta, Ezra merasa
malu meminta lagi bantuan pengawalan militer dari kerajaan Persia
itu (Ezra 8:22). Di sisi lain, ia menyadari bahwa perjalanan pulang
menuju Yerusalem sangat berisiko, apalagi rombongannya besar dan
membawa banyak barang berharga.

Ezra percaya bahwa Tuhan sanggup melindungi perjalanan pulang
mereka. Karena itu, Ezra memaklumkan doa puasa, memerintahkan umat
Israel untuk merendahkan diri dan memohon perlindungan dari Tuhan
(Ezra 8:21). Ada kalanya kita tidak bisa lagi meminta bantuan
manusia. Dalam hal ini, seorang pemimpin dituntut untuk mengandalkan
Tuhan, bergantung pada perlindungan-Nya yang ajaib.

Doa Pertobatan

Ezra melihat bahwa orang-orang Israel yang pulang itu sudah
menyimpang dari perintah Tuhan. Sampai-sampai para imam pun telah
mengambil perempuan kafir menjadi istri-istri mereka. Perilaku
menyimpang dari perintah Tuhan itu merupakan kekejian di hadapan
Allah Israel (Ezra 9:1-2, 14).

Melihat dosa itu, Ezra berkabung, tulisnya: "Ketika aku mendengar
perkataan itu, maka aku mengoyakkan pakaianku dan jubahku dan aku
mencabut rambut kepalaku dan janggutku dan duduklah aku tertegun"
(Ezra 9:3). Seorang pemimpin sejati akan hancur hati ketika rakyat
atau jemaatnya jatuh di dalam dosa.

Hancur hati merupakan modal dasar bagi sebuah doa yang berkenan.
Sering kali pemimpin Kristen tidak merasa bersalah apa pun ketika
ada anak buahnya yang jatuh dalam dosa. Ia tidak menyesal karena
gagal membina domba-dombanya. Pemimpin Kristen yang baik akan hancur
hati -- meskipun bukan berarti berlarut-larut dalam kesedihan --
ketika melihat jemaat atau orang-orangnya jatuh dalam dosa. Dari
hati yang hancur itulah muncul doa yang tulus kepada Tuhan, sama
seperti Ezra yang kemudian berdoa memohonkan pengampunan bagi umat
Israel.

Sangat menarik jika kita mencermati reaksi Ezra kepada kaum Israel
yang berdosa itu. Ia tidak marah, dongkol, atau kecewa kepada
mereka. Ezra bukan tipe pemimpin yang suka menghakimi, menuduh, dan
mempersalahkan orang-orangnya. Tetapi, Ezra juga sangat merindukan
pertobatan kaumnya itu.

Ezra adalah seorang pemrakarsa kebangunan rohani. Akan tetapi ia
mempertobatkan orang bukan dengan khotbahnya yang berapi-api; ia
mempertobatkan orang banyak melalui doa yang dinaikkannya dengan
penuh penghayatan mendalam. Ia tidak berdiri di podium untuk
menyampaikan khotbah, tetapi ia berdiri di depan jemaah untuk
menaikkan doa-doa penyesalan (Ezra 9:5-15). Ezra berlutut,
mengoyakkan pakaian dan jubahnya, lalu menadahkan tangannya ke
hadirat Tuhan, serta menaikkan doa-doa penyesalan (Ezra 9:5).

Apa yang terjadi kemudian? Sementara Ezra berdoa dan mengaku dosa
sambil menangis, umat Israel berbondong-bondong datang dalam jumlah
yang sangat besar. Orang-orang itu menangis keras-keras (Ezra 10:1).
Terjadilah pertobatan nasional dan pembaruan komitmen kepada Tuhan.
Kadang, pemimpin Kristen tidak perlu berkhotbah untuk menyadarkan
kesalahan jemaatnya; mereka cukup berdoa, dan Roh Kudus menjamah
setiap orang sehingga mereka pun bertobat.

Diambil dan disunting seperlunya dari:
Judul buku: Mezbah Doa Para Pemimpin
Penulis: Haryadi Baskoro
Penerbit: Yayasan ANDI, Yogyakarta 2008
Halaman: 57 -- 62
______________________________________________________________________
STOP PRESS

KADOS (Kalender Doa SABDA)

Puji Tuhan, satu lagi sebuah publikasi baru diterbitkan oleh YLSA.
Publikasi yang bernama KADOS (Kalender Doa SABDA) ini adalah sebuah
publikasi yang lahir dari kerinduan YLSA untuk memberikan panduan
doa yang berisi panduan bagi Indonesia dan pelayanan YLSA kepada
Tubuh Kristus, agar melalui kesatuan hati dari setiap Tubuh Kristus,
Tuhan melawat dan memulihkan Indonesia serta nama Tuhan
dipermuliakan.

Publikasi yang terbit setiap minggunya ini sifatnya terbuka bagi
denominasi gereja mana pun. Dengan menjadi pelanggan KADOS, maka
secara otomatis Anda juga menjadi pelanggan e-Doa, Open Doors, dan
30 Hari Doa. Jadi bagi pendoa-pendoa Kristen Indonesia yang ingin
dibekali menjadi pendoa Kristen seutuhnya, tunggu apa lagi? Kami
tunggu keikutsertaan Anda di publikasi ini.

==> < doa(at)sabda.org > [kirim pesan]
==> < subscribe-i-kan-buah-doa(at)hub.xc.org > [berlangganan]
______________________________________________________________________
Kontak Redaksi: < doa(at)sabda.org >
Berlangganan: < subscribe-i-kan-buah-doa(at)hub.xc.org >
Berhenti: < unsubscribe-i-kan-buah-doa(at)hub.xc.org >
Arsip e-Doa: http://www.sabda.org/publikasi/e-Doa
Situs DOA: http://doa.sabda.org
Facebook DOA: http://fb.sabda.org/doa
Twitter DOA: http://twitter.com/sabdadoa
Situs YLSA: http://www.ylsa.org
Situs SABDA Katalog: http://katalog.sabda.org
______________________________________________________________________
Pimpinan Redaksi: Novita Yuniarti

Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA
Didistribusikan melalui sistem network I-KAN
Copyright (c) 2010 e-Doa, Kalender Doa SABDA / YLSA -- http://ylsa.org
Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
_________________________________

Tidak ada komentar: