ARTIKEL DOA: PENGHALANG BERUPA TIDAK MENGAMPUNI (1)
Banyak orang
Kristen memunyai penghalang di dalam kehidupannya. Penghalang ini
menghambat kemajuan rohani kita -- sesuatu yang mengikat; yang membuat
frustrasi; menyebabkan tertunduk; menghalangi sukacita, damai sejahtera,
kepuasan, dan penggenapan atas apa yang seharusnya kita miliki. Jika
ada penghalang yang timbul antara Allah dan manusia, itu terjadi dari
pihak manusia, bukan dari pihak Allah karena pada saat kematian dan
kebangkitan Yesus, semua penghalang runtuh di sisi Allah. Salah satu
penghalang terbesar untuk memperoleh damai sejahtera yang penuh dan
perhentian yang sempurna adalah tidak mau mengampuni. Mari memerhatikan
apa yang Yesus ajarkan dalam Matius 18:15-35.
Matius 18:18-19
memiliki apa yang saya sebut "pusat kuasa" dari gereja -- tempat dari
semua kuasa dan kewenangan. Ini adalah sel dari gereja: 2 atau 3 orang
percaya dipimpin bersama-sama oleh Roh ke dalam nama Tuhan Yesus. Dalam
kehidupan jasmani, jika kehidupan sel tercerai berai, maka kehidupan
menjadi tidak sehat. Hal ini juga berlaku bagi tubuh Kristus, yaitu
gereja. Jika kehidupan sel setempat rusak, maka keseluruhan tubuh tidak
akan sehat. Di dalam sel inilah terletak benih-benih atau sumber-sumber
dari semua kehidupan gereja dan sumber dari semua kuasa.
Akan
tetapi, janji dari kuasa ini dikelilingi dan dijaga dengan sebuah pagar.
Anda tidak dapat memasukinya kecuali Anda memenuhi syarat-syaratnya.
Saya sebut pagar ini "hubungan yang benar". Dalam Matius 18:15-17, Yesus
berbicara tentang apa yang harus dilakukan kalau saudara Anda berbuat
kesalahan pada Anda. Selanjutnya, ayat 19 berkata, "... jika dua orang
dari padamu sepakat ...." Kata "gerika" yang dipergunakan di sini sama
dengan kata "simfoni". Jadi, tidak sekadar kesepakatan secara
intelektual, tetapi kesepakatan, kesehatian, keselarasan. Itulah ketika
dua orang mulai berada dalam kesatuan roh. Secara alami, kalau Anda mau
membuat simfoni, ada dua hal yang harus Anda punyai. Anda harus punya
aransemen dan konduktor. Dalam alam rohani, jika Anda mau memunyai
simfoni, Anda juga harus memunyai dua hal yang sama. Aransemennya adalah
kehendak Allah; konduktornya adalah Roh Kudus.
Kesehatian atau
kesepakatan tidaklah sekadar berkata, "Kita setuju." Kesehatian adalah
berada dalam harmoni secara Roh dengan orang lain. Jika kita sudah
sampai pada tempat dari harmoni rohani yang sebenarnya, kita tidak akan
dapat dihalangi oleh apa pun. Karena hal ini, setan akan berusaha
sedapat-dapatnya untuk mencegah orang-orang Kristen sampai ke tempat
ini, dan dia sudah sangat berhasil dengan sebagian besar orang yang
menyebut diri mereka Kristen.
Dalam Perjanjian Lama, Allah sudah
menghadapi masalah yang cukup besar dengan umat Israel. Ia sudah
menyatakan diri-Nya sebagai Allah yang tidak dapat ditampilkan secara
memadai, baik melalui gambaran, lukisan, atau wujud apa pun. Usaha-usaha
untuk membuat tiruan Allah secara tegas dilarang. Akan tetapi, berulang
kali kita mendapati bahwa Israel jatuh ke dalam kesalahan dengan
membuat patung atau berhala dan berkata, "Ini mewakili Allah." Kesalahan
yang sama dilakukan juga oleh orang-orang Kristen pada masa sekarang.
Tubuh Yesus Kristus tidak dapat ditampilkan secara kelembagaan. Akan
tetapi, seiring dengan perjalanan waktu, orang-orang Kristen
berkali-kali mencoba membuat sesuatu yang bisa dilihat dan diraba dari
hal-hal yang rohani. Mereka mencoba untuk menghasilkan organisasi,
lembaga, sesuatu yang dimaksudkan untuk mengikat bersama-sama, yang
menggantikan kesatuan dan hubungan yang seharusnya dari tubuh Yesus
Kristus.
Sebagai contoh, Bala Keselamatan (ini bukan merupakan
kritikan terhadap Bala Keselamatan). Di dalam Bala Keselamatan ada
kesatuan organisasi yang kuat, yang sama dengan organisasi ketentaraan.
Selanjutnya, ada ikatan kebersamaan melalui seragam sehingga kalau Anda
melihat mereka, segera saja Anda akan mengenali dan berkata, "Dia dari
Bala Keselamatan." Semua yang dapat dilakukan untuk menghasilkan
kesatuan dan struktur organisasi dapat dijumpai di sana. Namun demikian,
2 orang dari Bala Keselamatan bisa saja berada dalam perselisihan yang
tidak dapat dihindarkan lagi -- jauh dari kesatuan dan harmoni, bahkan
bisa jadi mereka saling berlawanan. Dua orang bisa saja berada dalam
Bala Keselamatan, dan yang satu bisa saja sudah bertobat dan dilahirkan
kembali, sedangkan yang lain belum dilahirkan kembali. Mereka bahkan
tidak berada dalam tingkatan rohani yang sama. Akibatnya, dewasa ini ada
banyak orang Kristen dalam tubuh Kristus berada dalam hubungan yang
keliru dengan orang lain, dan mereka bahkan tidak menyadari kalau ada
hal yang keliru.
Suatu malam, dalam sebuah kebaktian, 5 orang
maju ke depan untuk meminta dukungan doa. Saya digerakkan untuk bertanya
kepada setiap orang secara pribadi, "Apakah ada sikap tidak mau
mengampuni, kemarahan, atau kemauan untuk balas dendam di dalam hati
Anda?" Dari 5 orang yang maju, 3 orang berkata, "Ya, memang ada." Saya
menjawab, "Apakah Anda benar-benar mau agar saya mendoakan Anda? Saya
dapat saja langsung mendoakan Anda, tetapi apa yang harus dilakukan agar
doa itu ada pengaruhnya? Dan, tahukah Anda apa yang mereka katakan?
"Lebih baik kami pergi dan membereskan dulu semuanya, kemudian kembali
ke sini untuk didoakan."
Luar biasa! Namun, yang sebenarnya luar
biasa adalah bahwa ada orang-orang yang tidak menyadari adanya hubungan
yang salah. Mengapa mereka bisa dikelabui? Mereka sudah mengizinkan
sejumlah hal lahiriah sebagai pengganti yang membutakan mereka terhadap
kenyataan batiniah.
Jika kesatuan lahiriah tidak ada hubungannya
dengan hubungan rohani batiniah di dalam tubuh Kristus, lalu apa yang
dapat menjaga tubuh Kristus secara kebersamaan? Apa yang merupakan sifat
dan sumber yang benar dari kesatuan kita? Kita mendapatkan jawaban atas
pertanyaan yang sangat penting ini di dalam dua pasal dari Efesus dan
Kolose. Di dalam Efesus 4:16, Paulus berbicara tentang "Dari pada-Nyalah
seluruh tubuh, -- yang rapi tersusun dan diikat menjadi satu oleh
pelayanan semua bagiannya, sesuai dengan kadar pekerjaan tiap-tiap
anggota -- menerima pertumbuhannya dan membangun dirinya dalam kasih."
Jika Anda tidak mau mengampuni orang lain, Allah tidak akan mengampuni
Anda.
Dalam Kolose 2:19, dalam konteks yang sama, Paulus
berbicara tentang Kristus sebagai kepala "seluruh tubuh yang ditunjang
dan diikat menjadi satu oleh urat-urat dan sendi-sendi; menerima
pertumbuhan ilahinya." Ada dua hal yang Paulus katakan tentang
mempersatukan atau menjadikan satu anggota-anggota tubuh: Ditunjang dan
diikat. Apakah yang dimaksudkan dengan ditunjang dan diikat? Ditunjang
adalah hubungan antara anggota-anggota tubuh. Diikat adalah sikap yang
terjadi di antara anggota-anggota tersebut.
Secara alami, lengan
kita memiliki tiga tulang. Meskipun masing-masing kuat dan sehat,
berfungsinya tulang-tulang itu secara berhasil bergantung pada penunjang
yang kita sebut siku. Masing-masing tulang dapat berada dalam keadaan
yang sehat sempurna, namun demikian lengan tidak akan bisa bergerak jika
penunjang tidak berfungsi sebagaimana seharusnya. Hal ini berlaku juga
dengan tubuh Kristus. Hubungan Anda dengan yang lain merupakan penunjang
yang membuat Anda sesuai di dalam Tubuh.
Sekali lagi, dalam
Efesus 4:3 dan Kolose 3:14, Paulus berbicara mengenai Ikatan yang kuat,
yang mempersatukan seluruh Tubuh. Ikatan yang sangat perlu, yang dapat
menjaga Tubuh Kristus dalam kesatuan yang benar adalah kasih. Tetapi
bila sikap ini tidak dijumpai, maka seluruh fungsi dari Tubuh akan
lenyap. Jika kita berada dalam hubungan yang salah dengan sesama orang
Kristen, tubuh tidak akan dapat berfungsi; kita juga tidak akan dapat
menerima apa yang kita butuhkan untuk diri kita sendiri -- kita tidak
hanya menutup berkat bagi orang lain, tetapi kita juga menutup berkat
bagi diri sendiri.
Pada suatu kali, sesudah berkhotbah di sebuah
gereja, saya pergi ke gereja yang lain dan menyampaikan khotbah yang
sama. Akan tetapi, di gereja yang kedua ini, saya merasakan ada sesuatu
yang tidak beres. Tahukah Anda, apa yang saya temukan? Di gereja yang
memiliki anggota aktif sekitar 400 orang pada hari Minggu, ternyata
terjadi perpecahan di antara mereka. Orang-orang yang berada di sebelah
kanan saya tidak berbicara dengan orang-orang yang berada di sebelah
kiri saya selama 5 tahun. Ketika mereka saling bertemu di jalan, mereka
mengambil jalan simpang untuk menghindar. Sebagai akibatnya, bagi saya,
berkhotbah kepada orang-orang seperti itu adalah membuang-buang waktu
saja karena tidak memungkinkan bagi Roh Kudus untuk bekerja di dalam
gereja yang sedemikian.
Dalam Matius 18:23-35, kita mendapatkan
perumpamaan tentang seorang hamba yang tidak mau mengampuni. Ayat
terakhir dari pasal ini menunjukkan kepada kita bahwa Yesus berbicara
mengenai orang-orang yang menyebut dirinya Kristen. Hamba yang pertama
di dalam perumpamaan ini berutang 10.000 talenta. Karena tidak mampu
membayar, dia nyaris dimasukkan ke dalam penjara. Ia memohonkan belas
kasihan kepada tuannya. Tuannya mengampuni dia dengan menghapuskan semua
utangnya. Akan tetapi, sementara berjalan keluar, ia bertemu dengan
sesama pelayan yang berutang kepadanya 100 dinar. Ketika temannya ini
meminta belas kasihan kepadanya, ia enggan melakukannya.
Ketika
tuannya mengetahui perbuatan hambanya yang telah ia ampuni itu, tuannya
sangat marah. Sesudah memanggilnya dan menanyakan apa yang terjadi,
tuannya berkata, "Kamu hamba yang jahat." Kemudian, tuan itu
memerintahkan, "Serahkan dia kepada algojo, sampai dia melunasi
utang-utangnya." Dan, ayat yang terakhir berkata, "Demikian juga akan
dilakukan oleh Bapa-Ku yang di Sorga kepadamu, jika kamu tidak
mengampuni dengan segenap hati saudara-saudaramu yang berbuat kesalahan
kepadamu."
Diambil dan disunting seperlunya dari:
Judul majalah: Hidup dalam Kristus Vol.18, No.2
Penulis: Derek Prince
Penerbit: Yayasan Pusat Hidup Baru
Halaman: 6 -- 10