ARTIKEL DOA: DOA-DOA AGUNG DALAM ALKITAB: DOA HANA
Hana adalah
seorang perempuan biasa yang hidup dalam waktu yang luar biasa pada
sejarah bangsa Israel. Ia menjadi kesatuan bagian dari sejarah tersebut
walaupun pada saat itu, ia tidak pernah memiliki pikiran demikian. Masa
saat hakim-hakim memimpin bangsa Israel hampir berakhir, dan zaman
raja-raja akan segera tiba. Hana hidup tepat sebelum masa peralihan ini
tiba, bahkan doanya menolong untuk mengantarkannya pada masa itu. Hana
menikah dengan seorang pria bernama Elkana yang sangat mengasihinya,
tetapi yang juga memiliki istri yang lain. Istri lainnya itu, Penina,
memiliki anak, tetapi Hana tidak -- "Tuhan telah menutup kandungannya"
(1 Samuel 1:5). Segala pemikiran Hana terpusat pada keberadaannya yang
tidak memiliki anak, dan suaminya tidak dapat menghiburnya. Ia tersiksa
karena hinaan dari Penina karena kemandulannya, dan ia terus-menerus
berseru kepada Tuhan untuk mengubah aibnya dan memberinya seorang anak
laki-laki.
Setiap tahun, Elkana membawa keluarganya ke Silo untuk
beribadah kepada Tuhan dan memberikan korban persembahan karena
terdapat Tabernakel Tuhan di sana serta Imam yang melayani di tempat
itu. Suatu tahun dalam perjalanan rutin ini, Hana memiliki perjanjian
kudus dengan Allah. Ia memasuki ruang Tabernakel Tuhan untuk berdoa
sekali lagi bagi kebutuhannya yang terdalam.
"Dan dengan hati
pedih ia berdoa kepada TUHAN sambil menangis tersedu-sedu. Kemudian
bernazarlah ia, katanya: "TUHAN semesta alam, jika sungguh-sungguh
Engkau memperhatikan sengsara hamba-Mu ini dan mengingat kepadaku dan
tidak melupakan hamba-Mu ini, tetapi memberikan kepada hamba-Mu ini
seorang anak laki-laki, maka aku akan memberikan dia kepada TUHAN untuk
seumur hidupnya dan pisau cukur tidak akan menyentuh kepalanya." (1
Samuel 1:10-11)
Sumpah Hana Diingat
Imam Eli
memperhatikannya dan melihat perilakunya yang menangis tersedu-sedu
sehingga ia berpikir bahwa Hana mabuk dan menegurnya karena hal itu.
Ketika Hana menjelaskan bahwa ia tidak mabuk, tetapi menumpahkan segala
isi hatinya di hadapan Tuhan, Imam Eli berkata kepadanya, "Pergilah
dengan selamat, dan Allah Israel akan memberikan kepadamu apa yang
engkau minta dari pada-Nya" (1 Samuel 1:17). Hana pun meninggalkan rumah
Tuhan "dengan muka yang tidak lagi muram" (ayat 18). Karena, ia telah
menyerahkan segala sesuatunya di dalam doa dan telah bernazar untuk
memberikan hal paling berharga yang telah dimintanya.
Alkitab
mengatakan bahwa Tuhan kemudian mengingat Hana, ia kemudian mengandung
dan memiliki seorang anak laki-laki, yang diberinya nama Samuel. Hana
juga mengingat nazar yang telah dibuatnya kepada Tuhan, dan ketika
Samuel telah disapih, ia membawa anak itu ke rumah Tuhan dan
menyerahkannya ke tangan Eli, Imam yang telah mendengar doanya.
Hana
mungkin adalah seorang perempuan biasa, tetapi Samuel bukanlah seorang
anak "biasa". Bahkan sebagai anak yang masih kecil, Samuel telah
mendengar suara Allah. Alkitab mengatakan itu adalah hal yang jarang
terjadi pada saat itu di Israel. Ia bertambah besar dan menjadi nabi
terbesar dalam sejarah Israel. Dia menjadi hakim atas seluruh Israel, ia
mengurapi Saul sebagai raja pertama Israel, dan kemudian mengurapi Daud
sebagai raja setelah ketidakpatuhan Saul yang membuatnya disingkirkan
dari pandangan Allah. Pengaruh Samuel dan kekuasaannya tidak dapat
diukur, dia adalah orang besar bagi manusia yang dipakai Allah, sebagai
jembatan di antara dua masa dalam sejarah orang-orang pilihan-Nya. Dua
kitab dalam Perjanjian Lama diberi nama berdasarkan namanya.
Dari Biasa Menjadi Luar Biasa
Jadi,
apakah Hana seorang perempuan biasa? Bukankah doanya bukanlah doa yang
biasa saja? Apa yang membuat doanya menjadi salah satu dari doa-doa
agung dalam Alkitab? Mari kita mempelajarinya. Pertama, lihatlah pada
keadaan Hana yang mandul. Alkitab mengatakan bahwa Allah telah menutup
kandungannya. Kemandulannya tersebut memiliki tujuan -- tujuan dari
Allah. Ini adalah kemandulan yang akan mendorong Hana kepada semacam
keadaan putus asa, yang beberapa dari kita memilikinya. Hana sangat
putus asa sehingga ia melakukan suatu hal yang menakjubkan. Ia bernazar
kepada Allah. Jika Tuhan memberinya seorang anak laki-laki, ia akan
memberikan anak itu kepada Tuhan seumur hidupnya.
Hana bersedia
melepaskan hal paling berharga yang dimintanya. Sungguh berat harga yang
harus dibayarnya. Ketika Samuel lahir, ia hanya memiliki anak itu
selama beberapa tahun sebelum menyerahkannya kepada Imam Eli. Setelah
itu, ia hanya melihatnya sekali dalam setahun ketika ia dan Elkana pergi
ke Silo untuk memberi korban tahunan. Apakah hasilnya sesuai dengan
harga yang harus dibayarnya? Hana berpikir demikian karena sesudah ia
melepaskan Samuel ke dalam tangan Eli, ia berdoa dengan doa kemenangan
yang puitis, yang memuliakan Tuhan. Doanya dimulai seperti ini:
"Hatiku
bersukaria karena TUHAN, tanduk kekuatanku ditinggikan oleh TUHAN;
mulutku mencemoohkan musuhku, sebab aku bersukacita karena
pertolongan-Mu. Tidak ada yang kudus seperti TUHAN, sebab tidak ada yang
lain kecuali Engkau dan tidak ada gunung batu seperti Allah kita." (1
Samuel 2:1-2)
Saya percaya bahwa doa Hana dan hasil
pengorbanannya adalah harga dari pengurapan yang diperoleh Samuel di
sepanjang hidupnya. Ia berpikir bahwa ia meminta seorang anak untuk
dirinya, tetapi Israel malah mendapatkan seorang hakim dan seorang nabi,
yang karakternya tiada duanya dan berguna. Allah menutup kandungan Hana
untuk melihat apa yang dihasilkan dari sana. Segala sesuatu dapat
terjadi jauh berbeda. Bagaimana jika Hana memilih untuk mengasihani
dirinya sendiri ketika ia menemukan dirinya mandul? Bagaimana dengan
keputusasaan yang mengarah kepada kepahitan, dan kepahitan pada
kehilangan harapan? Ia dapat saja dengan mudah berakhir pada perasaan
kebencian dan sakit hati atau kemarahan yang membara kepada Tuhan.
Harga dari Keputusasaan
Dibanding
memiliki semua perasaan itu, Hana memilih jenis doa keputusasaan yang
menghasilkan sebuah nazar, yang menawan hati Tuhan dan juga berperan
dalam rancangan besar-Nya terhadap Israel. Ketika saya melihat Hana,
saya diingatkan pada firman Tuhan dalam 2 Tawarikh 16:9, "Karena mata
TUHAN menjelajah seluruh bumi untuk melimpahkan kekuatan-Nya kepada
mereka yang bersungguh hati terhadap Dia." Bukankah pada Hana, Ia
menemukan hati yang demikian? Doa penyerahan atas keputusasaannya adalah
salah satu doa agung dalam Alkitab.
Ketika kita melihat pada
Hana, kita melihat seorang wanita yang mau membayar harga, di mana hanya
sedikit orang yang mau melakukan hal itu. Lalu, setelah Hana
menyerahkan Samuel kepada Tuhan, Tuhan mengunjunginya kembali dan
memberikannya tiga anak laki-laki dan dua anak perempuan lagi. Ia
sungguh-sungguh memiliki buah yang berlimpah dalam kehidupannya, tetapi
semuanya itu dimulai dengan suatu kemandulan.
Ingatlah bahwa
setiap pribadi yang dicatat dalam Alkitab adalah sebuah contoh hidup
bagi kita, bukan suatu karakter buatan tua berdebu yang telah lama mati.
Terdapat Hana-Hana lain dalam dunia kita sekarang dan terdapat
tujuan-tujuan Allah yang belum terpenuhi. Mungkin, Ia telah "menutup
kandungan" sebagai suatu rencana. Mungkin, Ia mencari seorang yang
berputus asa. Mungkin, ia merindukan untuk melepaskan seorang Samuel
lain ke dalam dunia. Kemandulan mungkin saja membuahkan hasil pada
seseorang dalam kehidupan kita. Jika kita "sebiasa" Hana, kita dapat
berteman dengan Tuhan untuk menghasilkan buah-buah yang luar biasa dalam
masa kehidupan kita. (t/N.Risanti)
Sumber asli:
Nama situs: Hannah's Cupboard
Alamat URL: http://hannahscupboard.com/hannahs-prayer.html
Judul asli artikel: Great Prayers of the Bible: Hannah's Prayer
Penulis: Barbara Lardinais
Tanggal akses: 22 April 2013
Diambil dan disunting dari:
Nama situs: Doa
Alamat URL: http://doa.sabda.org/hana
Tanggal akses: 16 September 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar